Pakar: Gaji Tenaga Terampil di Jerman Masih Terlalu Rendah
22 Februari 2023Pasar tenaga kerja di Kota Bonn belakangan ini benar-benar sulit. Bukan sulit bagi pencari kerja, melainkan bagi para pemberi kerja, yang berupaya keras mencari staf. Di banyak kafe dan restoran di pusat kota, sering sekali ditemukan pemberitahuan "dicari personel".
Seorang pembuat sepatu mengeluh bahwa anak-anaknya tidak mau mengambil alih bisnisnya karena mereka lebih memilih untuk belajar di universitas. Bahkan tidak ada harapan untuk menemukan pekerja magang atau peserta pendidikan keterampilan. Hal yang sama berlaku bagi banyak perusahaan kelurga dan perusahaan menengah. Namun, bahkan perusahaan-perusahaan besar saat ini mengalami kesulitan menemukan tenaga terampil, misalnya spesialis IT.
Dalam laporan terbarunya tentang situasi pasar kerja, Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan bahwa kekurangan pekerja terampil "sangat berdampak" pada potensi pertumbuhan banyak perusahaan.
"Lebih dari 50% perusahaan melihat ini sebagai ancaman terbesar bagi pengembangan bisnis mereka," tulis laporan itu dan memprediksikan bahwa situasinya akan menjadi lebih buruk lagi. Pasalnya, generasi "baby boomer" dalam beberapa tahun mendatang akan memasuki masa pensiun dan tidak akan cukuip banyak tenaga kerja tersedia untuk menggantikan mereka. Sampai 2035, Jerman diperkirakan akan kekurangan tujuh juta pekerja terampil.
Kondisi kerja buruk dan gaji rendah
Namun, apakah Jerman benar-benar memiliki terlalu sedikit pekerja terampil? Pakar pasar tenaga kerja Simon Jäger mengatakan "tidak". Kepala Institute for Labour Economics di Bonn itu mengatakan kepada DW dalam sebuah wawancara, Jerman saat ini sedang mencatat rekor orang yang memiliki pekerjaan.
Menurut catatan statistik, saat ini ada sekitar 46 juta orang Jerman yang memiliki pekerjaan, tingkat lapangan kerja tertinggi dalam sejarah Jerman. Kaum muda yang memasuki pasar tenaga kerja di Jerman saat ini umumnya berpendidikan lebih baik daripada mereka yang pensiun, kata Simon Jäger. Namun, tingkat upah di Jerman jika dikurangi dengan tingkat inflasi tahun lalu turun 5,7 persen.
Jadi menurut Jäger, yang terjadi saat ini bukanlah kelangkaan tenaga kerja, melainkan kurangnya lapangan kerja yang atraktif bagi mereka yang sedang mencari pekerjaan. Dalam ekonomi pasar, harga dibentuk atas dasar penawaran dan permintaan, kata Simon Jäger. Jadi ketika tenaga kerja dianggap langka, seharusnya harga mereka jadi lebih mahal. Namun, perusahaan justru menawarkan gaji yang lebih rendah.
Jäger berpendapat, potensi tenaga kerja yang belum dimanfaatkan di Jerman justru sangat besar. "Cadangan" tenaga kerja itu tidak memasuki pasar kerja karena satu dan lain alasan. Misalnya, sebagian besar pekerja paruh waktu siap untuk bekerja penuh waktu, jika kondisinya memungkinkan. Namun, ada berbagai aturan yang membuat perusahaan sulit merekrut mereka.
Sebuah survei oleh Badan Tenaga Kerja Jerman menemukan bahwa pilihan pengasuhan anak yang lebih baik dan jam kerja yang lebih fleksibel bagi ibu yang bekerja dapat meningkatkan partisipasi tenaga kerja perempuan. Dari karyawan paruh waktu yang bekerja hanya 20 jam seminggu, sekitar 11% mengatakan mereka sebenarnya ingin bekerja lebih lama. Namun, mereka tidak melakukannya karena di Jerman kurang sarana untuk penitipan atau perawatan anak.
Tetap perlu banyak pekerja migran dari luar negeri
Menteri Tenaga Kerja Jerman Hubertus Heil mengatakan, memanfaatkan potensi tenaga kerja "cadangan" saja tidak akan cukup untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja terampil. Bahkan jika semua tenaga kerja domestik yang ada ditarik, "kita masih membutuhkan imigrasi terampil tambahan untuk menjaga ekonomi kita tetap berjalan," katanya.
Pakar pasar tenaga kerja memperkirakan bahwa Jerman akan membutuhkan sekitar 400.000 pekerja asing setiap tahun untuk menutup kesenjangan yang semakin lebar antara penawaran dan permintaan kerja. Saat ini, hanya sekitar 60.000 orang yang datang melalui berbagai program imigrasi tenaga kerja terampil pemerintah.
Simon Jäger mengatakan, sebenarnya Jerman memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada para profesional terampil dari luar negeri. "Ketika orang ditanya ke negara mana mereka ingin berimigrasi, Jerman secara teratur menempati peringkat tinggi, bersama dengan AS, beberapa negara Eropa lainnya, dan Selandia Baru."
Sistem politik yang stabil di Jerman adalah "keuntungan yang penting dari perspektif imigran jangka panjang," jelasnya. Namun yang terpenting, katanya, adalah budaya yang membuat orang merasa diterima di negara ini, dengan prospek bisa menjadi warga negara Jerman suatu hari nanti.
(hp/ha)