Organisasi HAM Desak WikiLeaks Hapus Nama dalam Dokumen
12 Agustus 2010Organisasi yang kini bersengketa itu berpijak pada dasar yang sama. Semua bervisi menjaga agar hak azasi manusia dihormati dan mendorong penguatan demokrasi. Namun cara dan fokusnya berbeda-beda. WikiLeaks yang merupakan platform internet mengutamakan transparansi dan arus bebas informasi.
Melindungi Sumber Informasi
Sebagai gerakan, WikiLeaks mengundang siapa saja yang memiliki informasi tentang sebuah pelanggaran untuk menerbitkannya secara anonim. Selain merasa aman, para informan juga bisa berharap adanya tindak lanjut atas informasi yang telah diberikan. Dan inipun mengurangi beban nurani yang mungkin mereka miliki. Begitulah yang sejak dulu dibayangkan oleh Direktur WikiLeaks Julian Assange.
Bagi WikiLeaks menjaga anonimitas informan berarti menjamin perkembangannya sebagai sumber informasi bebas yang bisa diakses oleh siapa saja. Namun hal terakhir inilah yang menjadi sumber sengketa kali ini, dengan beberapa organisasi bantuan rekanannya. Dokumen rahasia militer Amerika Serikat yang diterbitkan WikiLeaks, mencantumkan nama sejumlah informan dan warga Afghanistan yang telah bekerjasama dengan militer asing memerangi kaum teroris. Menurut organisasi-organisasi bantuan itu, kelompok radikal telah berulangkali mengeksekusi para warga yang bekerjasama dengan pasukan asing.
Jumlah Korban eksekusi Taliban Meningkat
Kini Organisasi Afghanistan Independent Human Rights Commisision (AIHRC) bersama empat organisasi lain, Amnesty International (ai), Campaign for Innoncent Victims of War (civic), Open Society Instute dan International Crisis Group (ICG) telah melayangkan surat kepada WikiLeaks untuk menghapus semua nama informan dan warga Afghan dari dokumen rahasia yang telah diterbitkan.
Nader Nadery dari AIHRC di Kabul mengatakan, ia mencemaskan nasib para warga Afghanistan dalam dokumen itu. Dikatakannya, dokumen rahasia itu mencantumkan nama, tempat dan lokasi warga-warga itu dan dengan mudah menjadikan mereka traget eksekusi Taliban. Ditambahkannya, jumlah orang yang dieksekusi Taliban berlipat ganda dalam beberapa bulan terkahir ini.
Surat tersebut memicu tukar kata yang tajam. Direktur WikiLeaks Julian Assange mengundang organisasi itu untuk membantu mengerjakan penghapusan nama-nama tersebut dari lebih 70 ribu dokumen rahasia yang telah diterbitkan. Tambah 15 ribu dokumen rahasia yang masih akan diterbitkan. Disebutkan, wakil Amnesty International menerangkan bahwa sumberdaya mereka terlampau terbatas untuk bisa membantu. Hal yang kemudian dijawab ketus oleh Assange, yang mengaku kelewat sibuk untuk berinteraksi.
Dalam keterpojokannya, Wikileaks mengeluh di Twitter karena kini tampaknya tak ada pihak yang bisa membantunya dalam masalah keamanan ini.
Edith Koesoemawiria/afp
Editor: Hendra Pasuhuk