Qatar dan Ambisinya
27 April 2013Butik desainer kondang, taman yang luas dan apartemen eksklusif yang hanya dapat dicapai dengan taksi air: Lusail, kota Qatar abad ke-21, di negeri padang pasir yang menawarkan kemewahan, masih berbentuk model miniatur dari perusahaan properti Qatari Diar. Namun, 10 ke depan, sekitar seperempat juta orang diharapkan bermukim di kota sebelah utara Doha yang saat ini masih merupakan padang pasir.
Kekayaan dari bumi
Manajer Qatari Diar, Khalid Al-Amin, mengatakan, "Kami mendukung visi pemerintah yang menginginkan perekonomian berkelanjutan dan mengembangkan masyarakat."
Sejak 20 tahun terakhir, berbagai perusahaan menambang minyak dari ladang gas burni yang terbesar di dunia, sekitar 80 kilometer di utara semenanjung. Di kawasan industri Ras Laffan, gas itu dicairkan dan dikapalkan. Bisnis ini membangun dasar finansial visi Qatar yang mencatat sekitar enam persen pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 dan peningkatan Produk Domestik Bruto tiga kali lipat sejak 2006. Dengan penghasilan sekitar 100.000 Dollar AS per orang, Qatar disebut sebagai negara terkaya di dunia. Kekayaan yang kini hendak digunakan sebagai landasan perekonomian pasca minyak dan gas bumi.
Efisiensi energi
Yang ditekankan dalam proyek kota Lusail terutama adalah efisiensi energi. Demikian Al-Amin. Gedung layanan masyarakat, kesehatan, sekolah dan olahraga direncanakan dapat dicapai oleh warga dalam waktu singkat. Dan untuk pengaturan suhu ruangan akan digunakan air dari Teluk Persia yang garamnya sudah dipisahkan. Ini menghemat hingga 30 persen energi fosil dan akan mengurangi emisi yang dikeluarkan mesin penyejuk ruangan konvensional. Stasiun metro juga akan dibangun, agar penggunaan mobil pribadi dapat dikurangi. Demikian Al-Malik.
Perusahaan Jerman
Pengawasan pembangunan dari proyek senilai 45 miliar Dollar ini dilaksanakan oleh Dorsch, kelompok konsultan dan perencanaan dari Offenbach, Jerman. PerusahaanHochtief ViCon dari Essen, Jerman, membantu dalam perencanaan dan pembangunan dengan mengembangkan model 3D yang khusus dibuat bagi proyek kota itu. Dengan alat tersebut akan diperhitungkan bagaimana mengurangi waktu, biaya dan risiko pembangunan. Kemudian, dengan data model akan disimulasi arus lalu lintas, penggunaan energi dan air di Lusail, sehingga proyek dapat dilaksanakan seoptimal mungkin.
Secara keseluruhan, pemerintah Qatar dan investor swasta mengeluarkan sekitar 200 miliar Dollar untuk berbagai proyek. Sejumlah besar di antaranya dikucurkan untuk Piala Dunia tahun 2022, termasuk pembangunan 60 stasiun metro di Doha dan sekitarnya, serta sembilan stadion baru dengan pendingin lapangan bertenaga surya.
Tak ada waktu untuk kritik
Kritik atas kondisi kerja yang buruk, yang misalnya dilontarkan oleh Organisasi Pekerja Internasional, tidak dipedulikan oleh pihak yang berkepentingan. Kebanyakan pekerja migran di Qatar berasal dari India, Nepal atau Bangladesh. Jadwal yang ketat dan ambisi yang sangat besar:
Selain itu, hingga tahun 2025, Qatar ingin mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri. "Kami merencanakan peternakan, industri produk susu dan pertanian," ujar Fahad Al-Attiya, Direktur National Food Security Programm Qatar. Hampir semua jenis sayuran dapat diproduksi dengan sistem seperti hidroponik. Gandum juga mungkin, karena sekarang terdapat jenis yang tahan panas, tambahnya. Mengingat kecilnya lahan pertanian dan pertenakan yang hendak dibuka di Qatar, maka konsep yang cocok bagi negeri ini adalah "vertical farming" , ungkap Al-Attiya.
Padang pasir hijau?
Energi yang dibutuhkan untuk mewujudkan proyek-proyek ini direncanakan berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Sejak tahun 2010 terjalin joint venture dengan perusahaan Solarworld dari Bonn, Jerman. Di Ras Laffan perusahaan Jerman ini memproduksi silicium yang diperlukan untuk pembuatan modul surya. BIla rencana itu berhasil, padang pasir bahkan bisa menjadi hijau, kata Al-Attiya yang melanjutkan bahwa hal ini penting tidak hanya bagi Qatar, tetapi juga bagi wilayah kering lainnya di dunia.