UE Siapkan Sanksi Baru ke Rusia, Imbas Kematian Navalny
20 Februari 2024"Dia dibunuh secara perlahan di penjara Rusia oleh rezim Putin."
Itulah kata-kata yang disampaikan oleh Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell saat menggambarkan situasi Alexei Navalny, politisi oposisi Rusia yang dilaporkan meninggal dunia pekan lalu.
Para menteri Uni Eropa mengadakan pertemuan dengan istri Navalny, Yulia Navalnaya, di Brussels pada Senin (19/02) untuk mempertegas dukungan blok tersebut. Sebelumnya, Navalnaya menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penyebab kematian suaminya di balik jeruji besi.
"Kematian Navalny yang tidak terduga dan mengejutkan ini adalah bentuk nyata dari penindasan yang kilat dan sistematis di Rusia," kata blok itu dalam sebuah pernyataan. "Uni Eropa tidak akan berhenti mengupayakan pertanggungjawaban dari kepemimpinan politik dan otoritas Rusia, dengan berkoordinasi erat bersama mitra-mitra kami; dan membebankan biaya lebih atas tindakan Rusia, termasuk memberikan sanksi."
Borrell tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai kemungkinan bentuk sanksi baru, yang diprediksi mencakup pembekuan aset dan larangan bepergian terhadap orang atau entitas yang terlibat dalam kematian Navalny. "Kami akan mencoba mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab secara langsung. Ini tidak mudah karena tentu saja kami mengandalkan informasi dari Rusia," katanya kepada wartawan.
Lebih banyak dukungan untuk oposisi Rusia?
Maria Martisiute, seorang analis Rusia dari Pusat Kebijakan Eropa, mengungkapkan kekhawatirnya bahwa sanksi terhadap individu tidak akan menghasilkan banyak perubahan. "Sanksi-sanksi itu tidak akan cukup untuk membuat jera," katanya kepada DW.
Martisiute berpendapat bahwa blok tersebut harus lebih banyak memberikan dukungannya untuk para politisi oposisi Rusia lain dan keluarga mereka, yang berisiko mengalami hal serupa. "Mereka harus diberi hak untuk hidup di negara demokratis dan mampu bekerja secara independen," katanya. "Mereka harus diberi kesempatan untuk pergi, jika mereka mau."
Borrell mengatakan bahwa beberapa negara anggota telah memberikan suaka politik kepada sejumlah oposisi Rusia. Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan kepada DW bahwa blok tersebut juga menawarkan dukungan tambahan, tetapi memilih untuk menjaga rapat-rapat rinciannya agar terhindar dari risiko keamanan bagi mereka yang berbicara dari dalam Rusia.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock juga memberikan penghormatan kepada para aktivis politik lainnya, dengan mengatakan di sela-sela pertemuan itu bahwa, "Semangat kebebasan tidak akan pernah bisa dibungkam selamanya."
"Alexei Navalny adalah salah satu tokoh oposisi yang paling terlihat dengan berani membela kebebasan ini, tetapi masih banyak yang ditahan di penjara dengan cara paling brutal hanya karena advokasi mereka untuk kebebasan di Rusia," tambahnya.
Seruan baru untuk menyita aset Rusia
Martisiute mengatakan bahwa Brussels akan menyiapkan pukulan lebih besar kepada Rusia, dengan menyita aset ratusan miliar euro yang dibekukan di Uni Eropa dan menawarkan itu untuk Ukraina yang masih berperang.
Menlu Estonia juga turut menyerukan hal serupa pada pertemuan di Brussels, kemarin (19/02). "Tanggapan terbaik dan tanggapan yang paling nyata adalah jika kita akhirnya melakukan tugas kita: kita harus mendukung Ukraina," kata Margus Tsahkna kepada para wartawan. "Kita harus berurusan dengan aset-aset yang dibekukan. Kita harus menggunakan itu."
Gagasan ini telah melewati beragam birokrasi Brussels selama lebih dari satu tahun, namun penuh dengan hambatan hukum. Negara-negara Uni Eropa saat ini sedang mengatur rencana B, yakni menyisihkan keuntungan dari aset-aset yang dibekukan itu dengan tujuan untuk menyumbangkan hasilnya ke Ukraina nantinya. Para diplomat berharap dapat menyelesaikan rencana tahap pertama itu dalam beberapa hari mendatang.
Borrell mengatakan bahwa negara-negara anggota Uni Eropa telah secara aktif mengidentifikasi dan memblokir dana bantuan bagi Rusia. "Mengidentifikasi dan memblokir adalah satu hal, tapi menyita dan mentransfernya ke anggaran Uni Eropa adalah hal lain yang berbeda," ujar Borrell, dengan mencatat bahwa pembicaraan mengenai hal ini akan terus berlanjut.
Paket sanksi baru siap pada 24 Februari?
Sanksi potensial atas kematian Alexei Navalny akan menjadi bagian dari apa yang disebut Uni Eropa sebagai "sanksi besar-besaran dan belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap Moskow, atas invasinya ke Ukraina.
Sanksi-sanksi terhadap Moskow itu termasuk larangan impor sebagian besar batu bara dan minyak Rusia, serta larangan perjalanan dan pembekuan aset terhadap hampir 2.000 bisnis pejabat-pejabat Rusia, termasuk Putin sendiri.
Dengan semakin dekatnya peringatan dua tahun Perang Ukraina ini, para diplomat Uni Eropa berlomba-lomba memberikan stempel pada putaran ketiga belas pembatasan, yang akan mencakup hal baru pada ratusan individu dan entitas lainnya.
Hungaria, yang telah beberapa kali menghambat kesepakatan Uni Eropa untuk memberikan dukungan kepada Ukraina dan pembatasan terhadap Rusia itu, justru terlihat bertahan untuk memberikan lampu hijau terhadap paket sanksi terbaru ini.
Pada Senin (19/02), Menlu Hungaria memang mengkritik rencana pemberian sanksi baru kepada Moskow namun mengatakan bahwa Budapest tidak akan menghalangi kesepakatan mayoritas, agar sanksi baru dapat segera diadopsi pada akhir pekan ini.
Meski ada tekanan nyata terhadap situasi ekonominya, Rusia kerap membanggakan ketahanannya dalam menghadapi sanksi-sanksi itu. Martisiute mengakui bahwa langkah-langkah terbaru ini tidak akan mewakili "ledakan besar" dalam hal tekanan pada mesin perang Rusia.
"Akan ada paket sanksi keempat belas, kelima belas, dan keenam belas," jelasnya. "Semua langkah ini pada akhirnya hanya akan bertambah."
(kp/rs)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!