Mutilasi Genital, Indonesia Ketiga Terbanyak
5 Februari 2016Laporan tentang praktik mutilasi genital pada perempuan (female genital mutilation -FGM) dirilis UNICEF di kantor pusat PBB di New York hari Jumat (05/02). Inilah laporan paling lengkap tentang mutilasi genital yang mencakup data-data dari 90 survei nasional di 30 negara.
Laporan UNICEF menyebutkan, setengah dari mereka yang terkena dampak mutilasi genital perempuan tinggal di Mesir, Ethiopia dan Indonesia. Sekitar 44 juta perempuan yang mengalami FGM berusia di bawah 14 tahun.
"Dalam setiap kasus, praktek FGM melanggar hak-hak anak dan perempuan," kata Geeta Rao Gupta, wakil direktur eksekutif UNICEF.
"Menunjukkan luasnya praktek mutilasi genital pada perempuan sangat penting, untuk menghapuskan praktik-praktik itu," sambung Gupta. "Kita semua harus mempercepat upaya - pemerintah, profesional kesehatan, tokoh masyarakat, orang tua dan keluarga - untuk menghilangkan praktik ini."
Secara keseluruhan, angka mutilasi genital pada perempuan dan anak perempuan tahun 2014 jauh lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya.
Para ahli memperingatkan, bahwa peledakan populasi penduduk di beberapa negara membuat upaya penghapusan FGM makin sulit.
"Jumlah anak perempuan dan perempuan yang mengalami FGM bisa meningkat secara signifikan dalam 15 tahun ke depan," kata UNICEF dalam laporan terbarunya.
Yang mencolok, setengah dari anak perempuan dan perempuan yang mengalami mutilasi genital berasal dari hanya tiga negara: Mesir, Ethiopia dan Indonesia.
Tahun 2014, Indonesia tidak masuk catatan statistik UNICEF, karena tidak ada data-data yang dianggap bisa dipercaya. Baru tahun 2015 data-data dari Indonesia masuk ke tabulasi UNICEF.
"Mutilasi genital perempuan berbeda antar daerah dan budaya, tapi beberapa praktiknya merupakan resiko kesehatan dan mengancam jiwa," kata Geeta Rao Gupta.
Pendarahan Fatal
Masyarakat yang mendukung FGM sering menganggapnya sebagai prasyarat untuk menikah. Banyak juga melihatnya sebagai kewajiban agama.
Tapi FGM dapat menyebabkan sejumlah masalah fisik dan psikologis. Dalam beberapa kasus, perempuan meninggal kehabisan darah atau karena infeksi yang disebabkan oleh alat potong yang kotor.
Negara dengan angka FGM tertinggi adalah Somalia, di mana 98 persen anak perempuan dan perempuan berusia antara 15 dan 49 mengalami mutilasi genital.
Secara keseluruhan, tingkat prevalensi FGM memang turun dalam tiga dekade terakhir, tapi kemajuan itu tidak merata, kata UNICEF.
Negara-negara yang memperlihatkan penurunan tajam antara lain Liberia, Burkina Faso dan Kenya. Laporan UNICEF tidak memuat data dari semua negara di mana FGM dipraktikkan. Data-data yang tidak masuk antara lain dari India, Kolombia, Malaysia, Oman, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
hp/ap (dpa, rtr)