Mulai dari Batik Hingga Boneka, Inilah Karya Para Penyandang Disabilitas Indonesia
Lihat karya-karya dalam galeri foto ini. Mulai dari kain batik hingga boneka. Pembuatnya, adalah para penyandang disabilitas. Di balik kekurangan mereka, terdapat kelebihan yang mengundang decak kagum.
Karya si Mata Kucing
Salah satu bentuk pendidikan yang bisa diberikan adalah pelatihan keterampilan kriya tekstil. Kain-kain jumputan dengan teknik celup dan ikat ini merupakan karya 12 penyandang autisme. Para orang tua kedua belas anak itu menggagas wadah Kriya Mata Kucing yang baru lahir Maret 2018 lalu setelah para orang tua dan anak-anak berlatih selama setahun.
Autis aktif
Menurut Yuyun, anaknya yang berusia 27 tahun termasuk penyandang autisme yang hiperaktif sehingga dalam satu jam Anton sanggup menyelesaikan delapan hiasan seperti tampak pada bantal yang dijual dalam pameran Inacraft 2018. Ketut (berjilbab) tertarik membeli dua bantal karena bagus dan belakangan ia baru tahu bantal itu adalah karya penyandang autisme, sama seperti anaknya yang berusia 10 tahun.
Melatih motorik
Paul Gamaliel Tambunan mewarnai motif batik dengan cat air. Johny Tambunan, ayah Paul, mengaku keterampilan Paul yang berusia 23 tahun dalam berkreasi dengan jumputan sudah baik sehingga ia ingin memperkenalkan membatik agar melatih motorik Paul yang menderita autisme (kelainan syaraf). Paul bergabung dalam Komunitas Kriya Mata Kucing dan Komunitas Peduli Anak Spesial di Bandung, Jawa Barat.
Bantal batik
Andhika (30 tahun) adalah satu dari 15 orang disabilitas yang memproduksi batik dengan merek Zola Indonesia. Andhika, yang mengalami ‘cerebral palsy’ atau gangguan gerakan atau otot akibat perkembangan abnormal di otak, sudah mampu membuat batik sarung bantal dengan motif bunga atau naga. Ketika ditanya, “mana karya Adhika?”, dengan bangga Andhika menunjuk bantal seperti yang tampak dalam foto.
Kain batik
Agus (23 tahun) tidak bisa mendengar. Hobinya: membatik. Ia suka motif parang rusak. Saat tanya-jawab lewat tulisan, Agus mampu mengerjakan kain dua meter selama dua pekan. Kain motif batik yang dikerjakan Agus didesain oleh TKI di Malaysia yang mengalami kecelakaan kerja hingga kakinya harus diamputasi. Menurut Riri, pendamping disabilitas, orang berkebutuhan khusus dapat bekerja dengan baik.
Insentif bagi perusahaan swasta
Meski tersedia insentif bagi perusahaan swasta yang mempekerjakan orang berkebutuhan khusus sesuai aturan dalam UU No 8 (2016) tentang Penyandang Disabilitas, masih banyak perusahaan yang belum mengetahuinya. Salah satu perusahaan ini misalnya, belum mempekerjakan penyandang disabilitas meski produk kerajinan tangan asal Yogyakarta itu sudah merambah pasar ekspor ke Jerman dan Amerika Serikat.
Bersedia menerima disabilitas
Pemilik Norrisa Miliarta Bordir, Pasuruan, Jawa Timur, mengaku belum mempekerjakan penyandang disabilitas. Namun Ibu Yun bersedia menerima penyandang disabilitas yang bisa membordir. Pemerintah, pemda, BUMN, BUMD dan swasta wajib mempekerjakan penyandang disabilitas sesuai UU No 8 Tahun 2016 atas dasar HAM. Bagi perusahaan swasta, jumlah pekerja disabilitas minimal 1% dari jumlah seluruh pekerja.
13 tahun ekspor ke Jerman
Ekawati, pemilik Piviko Homedeco, sudah dua tahun mempekerjakan karyawan berkebutuhan khusus. Pemasok Zara House dan pengekspor ke Jerman selama 13 tahun ini memiliki dua tempat produksi yakni di Bekasi dan Yogyakarta. Kementerian Tenaga Kerja diharapkan menyediakan pelatihan kerja bagi penyandang cacat sehingga perusahaan siap menerima pencari kerja disabilitas.
Boneka kertas
Sesungguhnya ajang seperti Inacraft bisa promosikan karya penyandang disabilitas. Namun tak semua perusahaan kecil mampu menyewa ruang pameran seperti dialami Precious One yang mempekerjakan penyandang tunarungu yang dilatih menjahit, membordir, membuat aksesoris dan boneka kertas. Boneka kertas dalam foto ini adalah karya penyandang disabilitas tunarungu yang bisa diarahkan dengan bahasa isyarat.
Karena kamu bisa
Ratna Sutedjo, inisiator Precious One, membuktikan orang dengan kebutuhan khusus dapat dilatih dan menghasilkan karya yang baik dan berkualitas. Deretan boneka kertas ini adalah figur disabilitas yang berhasil di bidang mereka masing-masing. Precious One yang sudah bergeliat bersama para tuna rungu sejak 14 tahun lalu menjadi bukti penyandang disabilitas itu bisa berdaya dan berkarya.