Mobil Elektrik, Peluang Pasarnya Kecil?
13 September 2013Kalau dilihat dari jumlah mobil yang dipamerkan di pameran otomotif internasional IAA, mobil bertenaga listrik tidak memainkan peran utama. Tidak ada produsen otomotif yang mampu berbuat lebih, setidaknya memiliki satu model dalam jenis tertentu.
Opel menjadi pusat perhatian
Pada gerai Opel di pameran IAA, lusinan fotografer dan juru gambar berdesak-desakan mengelilingi panggung berbentuk cakram yang berputar. Sebuah mobil berwarna abu-abu bertengger di atasnya. Para kru televisi menjaga agar kamera mereka tetap fokus ke objek yang dituju, yaitu Monza, sebuah kendaraan studi bermesin hybrid yang diklaim akan menjadi masa depan Opel.
Ironisnya, Ampera, mobil elektrik yang peluncurannya beberapa tahun lalu mengundang decak kagum, kini cuma menjadi figuran. Bersama „Monza“ Opel kembali menggantungkan masa depan produknya pada kendaraan berbahan bakar konvensional. Buat Opel, kendaraan studi bermesin hybrid itu kini menjadi primandona.
Pabrikan asal Rüsselheim itu sendiri mengklaim, penjualan Ampera berlangsung baik, tapi jumlah mobil yang terjual di pasaran jelas berad di bawah harapan. Menurut direktur Opel, Thomas Neumann, harga Ampera kini 8000 Euro atau sekitar 90 juta Rupiah lebih murah. Tapi dengan potongan harga sebesar itupun, harga mobil elektrik itu masih berada di kisaran 38.000 Euro atau sekitar 450 juta Rupiah.
Antara hasrat dan ongkos produksi
Banyaknya uang, tren dan kesadaran ekologis jadi kombinasi yang harus dimiliki untuk menghidupkan pasar mobil bertenaga listrik: “Selama harga mobil eletrik masih dua kali lipat mobil biasa, maka pangsa pasarnya tak akan membesar,“ ujar Stefan Bratzel, pimpinan Pusat Otomotif di Perguruan Tinggi Terapan di Bergish Gladbach.
Ketika Opel menahan diri, justru BMW dengan tipe i3 dan i8nya berusaha menghidupkan kembali pasar mobil elektrik. Respon terhadap dua model mobil listrik murni ini cukup positif. Raksasa otomotif Bayern ini membuat pesaing yang lain berada di bawah tekanan. Poin pentingnya, produsen harus membangkitkan "hasrat" pelanggan: "Kendaraan harus begitu menarik sehingga orang bersedia untuk menghabiskan lebih banyak uang,“ tambah Bratzel.
Tak lebih dari 50 km
Kendati begitu kendaraan elektrik saat ini masih menjadi pilihan kedua atau bahkan ketiga. Terutama buat konsumen yang sering menempuh perjalanan panjang, besar kekhawatiran mobil akan tiba-tiba mogok di tengah jalan lantaran kehabisan energi.
Data statistik menunjukkan 80 persen konsumen menggunakan mobilnya untuk perjalanan yang tak lebih dari 50 km. Tapi 20 persen pemakaian bisa lebih dari itu. Kecemasan terjadi terutama harus mengisi ulang tangki bahan bakar, padahal masih harus melanjutkan perjalanan panjang.
CEO Ford Jerman , Bernhard Mattes berharap lebih banyak dukungan untuk mobil elektrik lewat kebijakan: "Kita seharusnya tidak meminta subsidi, " katanya, tetapi ia mendesak adanya insentif dan langkah-langkah dukungan untuk mobil listrik.
Pada akhir tahun depan tercatat 16 model baru mobil elektrik yang tersedia di dealer Jerman. Volkswagen memperkirakan tahun 2018 akan ada 100.000 mobil listrik murni yang terjual. Sementara Daimler memiliki sembilan model yang menggunakan energi baterai atau aki.
Pelanggan kemudian akan masih menyuarakan argumen terhadap mobil bertenaga listrik. Kecuali soal: cukupnya pilihan.