Militer Turki Gempur Utara Irak
25 Februari 2008Serbuan militer Turki terhadap posisi pemberontak Kurdi (PKK) di utara Irak menjadi tema komentar sejumlah harian internasional.
Harian konservatif Norwegia Aftenposten yang terbit di Oslo dalam tajuknya menulis :
Serbuan pasukan darat dan udara Turki ke utara Irak dapat menjadi ancaman bahaya, melebarkan konflik dalam negeri Turki ke luar negeri. Operasi pasukan angkatan darat Turki di wilayah kedulatan Irak berarti terjadinya eskalasi dibanding aksi militer sebelumnya. Menimbang situasi di Irak saat ini, hanya Amerika Serikat dan para jenderal di Ankara yang masih dapat mencegah serangan terhadap pemberontak PKK di utara Irak. Akan tetapi Washington sejauh ini tidak memberikan lampu hijau. Irak memang harus menelan kenyataan pahit, justru Amerika Serikat yang memberikan izin bagi serbuan militer Turki memasuki perbatasan Irak. Padahal konflik itu dapat menimbulkan destabilisasi di seluruh kawasan. Konfliknya dapat berkembang tidak terkendali dan memiliki dinamika sendiri. Karena itu harus dilancarkan tekanan terhadap Turki, agar segera menghentikan aksi militernya.
Harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina berkomentar :
Tanpa mengindahkan peringatan dari Irak, Eropa dan Amerika Serikat militer Turki tetap melancarkan serangan musim dingin ke posisi pemberontak PKK di utara Irak. Walaupun merestui invasi militer Turki tersebut, Menteri Pertahanan AS Robert Gates juga sekali lagi mengingatkan, gerliyawan Kurdi PKK tidak akan dapat ditundukkan dengan tindakan militer. Pemerintah di Ankara juga mengetahuinya. Tapi operasi militer kali ini memiliki tujuan lain, yakni untuk membuat jera kelompok gerilyawan PKK di utara Irak, terutama pimpinan kaum Kurdi, Massud Barzani.
Sedangkan harian Jerman Süddeutsche Zeitung yang terbit di München berkomentar .
Invasi militer Turki ke Irak terutama bagi Amerika Serikat ibarat sebuah mimpi buruk. Para jenderal di Pentagon sudah mengalami, bagaimana situasi dengan cepat berubah menjadi kekacauan. Memang benar, Turki memiliki hak untuk membela diri terhadap serangan teroris PKK. Namun Ankara harus membarengi ancaman militer dengan pendekatan politik dan diplomasi.
Tema lainnya yang masih menjadi tema komentar harian-harian internasional adalah aksi demonstrasi dengan kekerasan oleh warga Serbia menentang kemerdekaan Kosovo.
Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma dalam tajuknya berkomentar :
Hanya terdapat sebuah kemungkinan agar Kosovo tidak terjerumus dalam kekacauan. Yakni, Beograd dan Pristina harus dipaksa melakukan perundingan langsung untuk membahas bagaimana caranya hidup bersama sebagai dua negara bertetangga. Status Kosovo sama sekali tidak boleh diganggu gugat. Sebaliknya harus dibangun kerja sama Serbia-Albania, dengan tujuan utama melindungi kelompok etnis minoritas, menjalin perdagangan, pemasokan energi serta pemberantasan perhimpunan ala mafia. Negara bayi Kosovo hanya dapat hidup terus, jika Serbia tidak mencekiknya selagi masih dalam buaian.
Terakhir harian Inggris The Times yang terbit di London juga berkomentar senada :
Serbia dan Kosovo seharusnya dapat menjadi dua negara bertetangga baik. Barat harus mengerti kemarahan Serbia, dan berusaha untuk mencegah agitasi isolasi dari kelompok nasionalis. Merangkul Serbia untuk menjadi anggota Uni Eropa akan berdampak pada perubahan politik dan ekonomi dan terutama mengurangi kemarahan generasi muda yang frustrasi atas lepasnya sebuah provinsinya yang bersejarah. Dengan dorongan dari luar, Serbia dan Kosovo dapat meredakan ketegangan dan menjalin hubungan bertetangga baik.(as)