Menlu AS dan Rusia Rundingkan Strategi Suriah
12 September 2013Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov bertemu di Jenewa Kamis (11/09/13) guna membahas rencana Moskow untuk menempatkan senjata kimia Suriah di bawah pengawasan internasional.
Terobosan Rusia dalam krisis Suriah
Suriah awal pekan ini menerima usulan Rusia, yang juga mendorong Presiden Barack Obama menjajaki kembali solusi politik dan menunda pemungutan suara Kongres soal aksi militer. Pemimpin Amerika itu tampak yakin bahwa rejim Presiden Suriah Bashar al-Assad mendalangi serangan kimia dekat Damaskus 21 Agustus lalu yang menewaskan 1,400 orang. Tuduhan itu disangkal pemerintah Suriah.
Pertemuan di Jenewa yang bisa berlangsung hingga ahkir pekan ini, menyusul perundingan intensif di markas Dewan Keamanan PBB seputar strategi pelaksaan pemusnahan senjata Suriah. Hingga kini masih sejumlah hal yang mengganjal sebuah Resolusi PBB.
Perancis dengan dukungan Inggris, Rabu (10/09/13), telah mengusulkan resolusi mengikat yang memberikan wwaktu 15 hari kepada Presiden Bashar al-Assad untuk membeberkan lokasi seluruh senjata kimia Suriah.
Selanjutnya, Suriah juga diwajibkan memberi izin kepada tim pemeriksa PBB untuk memantau senjata-senjata itu dan menyelidiki kasus-kasus penggunaannya. Draft resolusi itu juga mengecam serangan 21 Agustus dan mengancam hukuman berat apabila Suriah tidak mematuhinya.
Rusia menepis rancangan resolusi itu sebagai tidak dapat diterima dan menginginkan resolusi yang tidak mengikat.
Peringatan Keras Putin
Beberapa jam sebelum perundingan di Jenewa, kolom opini harian the New York Times mempublikasikan sebuah artikel yang ditulis oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Di kolom itu Putin memperingatkan AS, agar tidak menyerang Suriah. Putin menulis, bahwa tindakan itu justru berpeluang menyulut gelombang teror.
"Serangan terhadap Suriah yang direncanakan Amerika Serikat, walau ditentang luas oleh banyak negara, tokoh-tokoh politik dan agama, termasuk Sri Paus, akan menyebabkan jatuhnya semakin banyak korban dan eskalasi konflik yang berpotensi tumpah ke luar perbatasan Suriah," begitu tulis Putin.
"Serangan militer akan meningkatkan kekerasan dan menyebabkan gelombang terorisme baru“. Selain itu tulisnya, bisa merusak upaya multilateral dalam menyelesaikan sengketa nuklir Iran, konflik Israel-Palestina, dan mendestabilisasi kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Seluruh tatanan dan sistem hukum internasional akan goyah akibatnya. "
Putin juga memperingatkan bahwa PBB bisa mengalami nasib serupa dengan lembaga pendahulunya, Liga Bangsa-Bangsa bila legitimasinya digoyahkan oleh serangan yang tanpa otorisasi.
"Tak seorangpun menginginkan PBB mengalami nasib Liga Bangsa-Bangsa, yang runtuh karena tidak memiliki kekuasaan nyata. Dan ini mungkin terjadi bila negara-negara berpengaruh mengambil jalan pintas, menggelar aksi militer tanpa otorisasi PBB dan Dewan Keamanan."
Putin juga membeberkan lagi kemungkinan bahwa serangan 21 Agusus itu dilakukan oleh pasukan opoisi yang berusaha memprovokasi intervensi asing.
Di televisi AS hari Selasa (10/09/13), Obama menyatakan tetap siap bertindak, apabila langkah diplomasi gagal. Dalam konflik Suriah ini, Rusia menjadi sekutu andalan rejim Assad. Sudah lebih 100,000 ribu orang tewas, sejak pecahnya perang saudara Suriah pada Maret 2011.
ek/hp (afp, rtr, dpa)