Menjalin Persahabatan Sejak Ratusan Tahun
Hubungan kemitraan resmi kedua kota Berlin-Jakarta memang sudah ada lebih dari dua dasawarsa, namun hubungan antara Jerman dan Indonesia sudah ada selama ratusan tahun
Acara sarat informasi
Pameran yang diselenggarakan di Balai Kota Berlin menampilkan foto-foto dan informasi mengenai berbagai sosok yang mencetus dan mempererat hubungan antara bangsa Indonesia dan Jerman.
Pembukaan pameran
Pameran foto diresmikan oleh Dubes RI Arief Havas Oegroseno, Dr. Werner Kraus dari Universitas Passau, Mantan Gubernur Berlin Eberhard Diepgen, Mantan Dubes Jerman untuk Indonesia Heinrich Seemann, Ketua DIGM Prof. Dr. Jörg Haier dan Ketua DIV Dr. Albrecht von den Heyden.
Kakak Beradik Humboldt
Linguis terkemuka Wilhelm von Humboldt pada abad ke-19 menulis buku mengenai Bahasa Kawi di pulau Jawa. Adiknya, naturalis Alexander von Humboldt mendorong banyak peneliti untuk pergi ke Indonesia. Walaupun begitu, mereka sendiri tidak pernah sampai ke Indonesia.
Franz Wilhelm Junghuhn
Junghun berprofesi sebagai dokter, naturalis, geolog serta botanikus dan hidup selama puluhan tahun di Jawa dan Sumatra. Ia turut mengukur topografi di Jawa dan meneliti tanaman kina yang diolah menjadi obat malaria.
“Mereka Datang sebagai Dokter dan Peneliti...”
Jerman dan Indonesia sudah menjalin hubungan dalam bidang kedokteran selama 500 tahun. Sejumlah dokter Jerman memberikan pengaruh bagi Indonesia yang berdampak sampai hari ini. Kisah-kisah mereka dikemas dalam buku setebal hampir 600 halaman ini.
Penelitian dengan dampak besar bagi Bali
Banyak dokter dan peneliti Jerman yang datang ke Indonesia tertarik dengan beragam tanaman yang bisa dijadikan obat-obatan, bukan hanya untuk di daerah tropis. Dr. Gregor Krause datang ke Bali dan setelahnya menerbitkan buku dengan banyak foto tentang Bali, yang turut membuat pulau dewata ini sangat terkenal di dunia internasional.
Raden Saleh sebagai duta Indonesia
Pionir seni mordern asal Semarang ini tinggal di Berlin dan Dresden setelah belajar seni di Belanda. Banyak orang Jerman yang terpesona dengan kemampuan melukisnya dan Raden Saleh mendapatkan kedudukan yang setara dengan orang Eropa, sesuatu yang luar biasa bagi seseorang dari Indonesia di abad ke-19.
Teguh Ostenrik
Seniman kelahiran Solo yang terkenal dengan karya-karya seninya dari lempengan besi, kuliah seni pada tahun 1970an di Berlin Barat. Ia ingin menghadiahkan salah satu karyanya yang terinspirasi oleh jatuhnya Tembok Berlin. Pemerintah kota Berlin sekarang masih mencari tempat yang tepat untuk karya ini. (Ed: yp)