Mencari Solusi Laut Cina Selatan
9 Juli 2012Menteri luar negeri dari 10 negara anggota ASEAN mengadakan pertemuan pendahuluan, sebelum bertemu dengan Amerika Serikat dan 16 negara mitra termasuk Cina, Jepang dan Korea Selatan, pada akhir pekan.
Ketegangan dan klaim yang tumpang tindih atas Laut Cina Selatan menjadi pohok bahasan. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengharapkan adanya langkah maju dalam penyusunan panduan untuk penyelesaian sengketa tersebut, “Bila bukan sekarang, kapan lagi? Maksud saya, untuk itulah kita mengadakan pertemuan ini.“ Ditambahkannya,“kami akan mendiskusikan sampai dimana kemajuan yang sudah dicapai, dan bagaimana untuk memprosesnya, dan kapan misalnya melibatkan Cina dalam proses penyusunan panduan kode etik.“
Filipina mendorong supaya ASEAN satu suara untuk mendesak Cina menerima “kode etik“ di laut Cina Selatan yang akhir-akhir ini semakin memicu ketegangan. Vietnam dan Filipina menuding Cina bertindak agresif.
Cina, Taiwan, dan anggota ASEAN yakni Filipina, Vietnam, Brunei dan Malaysia saling mengklaim kepemilikan yang tumpang tindih di kawasan Laut Cina Selatan, yang merupakan jalur lalu lintas kapal penting, sekaligus kaya akan simpanan minyak dan gas alam.
Vietnam baru-baru ini naik pitam, ketika Cina mengundang peserta tender untuk penggalian tambang minyak di wilayah yang diklaimnya.
Persaingan strategis antara pemerintahan di Washington dan Beijing diperkirakan akan tampak dalam pertemuan ARF kali ini, menyusul ekspansi hubungan militer AS dengan Filipina dan Vietnam. Namun berbagai kalangan menduga menteri luar negeri AS Hillary Clinton tak akan bersikap keras yang memicu ketegangan lebih lanjut dengan Cina.
afp/AP/RZN