Mekanisme Sensor Wilayah di Twitter
27 Januari 2012Twitter mengumumkan Kamis (26/01), akan memberlakukan filter sensor atas permintaan negara tertentu. Pernyataan ini kontras sekali dengan posisinya setahun lalu, ketika kalangan penentang pemerintah di Tunisia, Mesir dan Arab melalui Twitter menggerakkan rangkaian unjuk rasa.
Ketika itu, peran Twitter sebagai alat komunikasi cepat mendapat sorotan, dan Twitter menegaskan posisinya sebagai pendukung kebebasan bersuara. Pada blog media sosial itu ditegaskan, perusahaan itu tidak akan menghapus sebuah pesan twit berdasarkan isinya. Tak heran, langkah barunya sekarang memicu perdebatan hangat mengenai kebebasan bersuara dan masalah sensor yang dihadapi banyak media sosial.
Menavigasi Tuntutan Sensor
Nyatanya, jelas Twitter, sebelum ini apabila ada permintaan suatu pemerintah, maka pesan twit itu akan terpaksa dihapus dari seluruh jaringan globalnya. Dengan teknologi filter yang dimilikinya kini, Twitter mampu memblokir sebuah pesan secara selektif. Sehingga bila ada tuntutan serupa, maka pesan itu tidak terbaca hanya oleh pengguna di negara tertentu. Salah contoh yang digunakan Twitter adalah pembatasan pesan pro Nazi yang dilarang di Jerman dan Perancis.
Pada laman blog, Twitter menuliskan, pesan twit yang dilarang itu tetap ditayangkan bagi pengguna layanannya di negara-negara lain, meskipun informasi itu disensor untuk negara tertentu. Menjaga transparansi, Twitter menyatakan, ada mekanisme yang akan memberitahukan para pengguna bahwa sebuah pesan atau twit tengah diblokir.
Perbedaan Interpretasi Kebebasan Ekspresi
Memasuki tahun ke enam keberadaannya, Twitter yang bermarkas di San Francisco menyadari perannya sebagai salah satu penyalur informasi cepat. Peran ini akan menjadi sensitif dengan meluasnya layanan itu secara global. Apalagi Twitter masih ingin meningkatkan pengguna aktifnya dari 100 juta orang menjadi lebih dari 1 milyar orang. Tulisnya, “kita akan terus berkembang secara internasional, dan akan berhadapan dengan negara-negara yang menginterpretasikan kebebasan berekspresi secara berbeda.”
Namun disebutkan juga, Twitter tetap tidak bisa bekerja sama dengan negara-negara yang pandangannya mengenai kebebasan informasi betul-betul bertolak belakang. Meskipun memiliki teknologi filter sensor yang baru ini.
ap/rtr/dpa/Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk