Pemecatan Kepala Dinas Rahasia SBU, Ivan Bakanov, dan Jaksa Agung Iryna Venediktova mengejutkan kancah politik Ukraina. Di tengah peperangan, pemerintahan diharapkan bisa makin solid. Rangkaian pemecatan itu memberikan gambaran lain. Presiden Zelenskyy tidak percaya pada orang-orang kepercayaannya.
Dalam rekaman video, presiden Zelenskyy awalnya mengumumkan pemecatan kedua pejabat tinggi itu. Tuduhannya adalah bahwa di kedua lembaga itu terlalu banyak pegawai yang berasal dari timur dan selatan Ukraina yang berbalik bekerja untuk pihak lawan, ketika pasukan Rusia menduduki wilayah mereka.
Apa sebenarnya yang terjadi? Dulu presiden menempatkan orang-orang kepercayaannya di banyak posisi kunci. Apakah dia sekarang berubah pandangan? Pada mulanya presiden hanya mengumumkan penonaktifan kedua orang itu, bukan pemecatan. Disebutlah bahwa akan dilakukan pemeriksaan lebih dulu mengenai banyaknya kasus pengkhianatan di kedua lembaga itu. Namun kemudian keputusan itu berubah menjadi pemecatan. Sikap ini yang membuat orang bertanya-tanya.
Pengkhianatan seorang jenderal
Kasus membelotnya pegawai aparat keamanan sebenarnya sudah ada sejak dimulainya perang. Presiden Zelenskyy butuh berbulan-bulan untuk bertindak dan mengambil langkah tegas. Kasus Jenderal SBU Andriy Naumov misalnya, yang sehari sebelum invasi Rusia lari ke luar negeri.
Naumov adalah tangan kanan Kepala SBU Ivan Bakanov. Hanya dalam beberapa bulan saja kariernya melejit menjadi seroang jenderal intelijen. Sebagai kepala keamanan dalam negeri, dia seharusnya bertugas mengungkap kasus-kasus korupsi. Bahwa dia bisa melarikan diri, itu saja sudah menjadi alasan yang cukup untuk memecat Bakanov.
Tapi Bakanov bukan masalah sebenarnya, melainkan Zelenskyy yang mengangkat temannya menjadi kepala intelijen. Mereka sudah saling mengenal sejak di taman kanak-kanak. Mereka juga sama-sama masuk kuliah dan bermitra dalam bisnis hiburan. Satu-satunya alasan mengangkat Bakanov sebagai kepala interlijen adalah tekad Zelenskyy mengontrol dinas rahasia.
Faktanya adalah: Dinas rahasia Ukraina sebelum perang pun sudah punya citra buruk. Korupsi dan manipulasi sering sekali terjadi. Jadi presiden pun ikut bertanggung jawab atas situasi saat ini. Dia seharusnya menyadari dan mengakui sendiri, bahwa memberi seseorang jabatan terpenting hanya dengan alasan karena sudah kenal sejak masa kecil bukanlah alasan yang tepat.
Reformasi tidak bisa ditunda lagi
Banyak indikasi menunjukkan bahwa pemecatan kedua orang penting ini terjadi juga atas tekanan mitra-mitra Barat. Para Duta Besar G7 sudah sering mendesak mengapa komisi pemilihan umum sejak dua tahun masih juga belum melakukan pekerjaannya.
Presiden Zelenkyy selama ini mengesampingkan kritik terhadap cara kerja pemerintahannya. Upaya pemberantasan korupsi juga hingga kini terhambat. Tidak terlihat adanya ketegasan politik untuk melakukan langkah-langkah reformasi yang sangat mendesak.
Tapi sekarang, presiden Zelenskyy tidak bisa mengabaikan kritik-kritik yang makin lantang. Terutama dari mitra-mitra Baratnya. Tanpa bantuan dana dan senjata dari AS dan Uni Eropa, Ukraina sudah lama bangkrut dan tidak mungkin mampu bertahan dari serangan Rusia. Karena itu, sekalipun masih ada perang, reformasi untuk memperkuat supremasi hukum tetap harus dilanjutkan. Untuk itu presiden membutuhkan tenaga-tenaga profesional, bukan teman-teman dekat dari masa kanak-kanak.
(hp/pkp)