Martti Ahtisaari - Bapak Perdamaian Aceh
15 Agustus 2015Martti Ahtisaari memang tidak banyak menjadi pemberitaan belakangan ini. Tapi, apa yang ia telah kerjakan membuatnya lebih dari sekedar pantas untuk menjadi tokoh yang pernah dianugrahi Nobel Perdamaian. Ia dikenal dunia sebagai salah satu diplomat paling berpengalaman di kancah internasional. Misi penengahannya di wilayah politik yang penuh ranjau selama tiga dekade telah membawa banyak konflik genting mendekati perdamaian.
Warga Aceh juga dunia mungkin tidak akan melupakan jasa mediasinya dalam konflik di Aceh. Sekarang hanya sedikit orang yang mengingat konflik berdarah selama tiga dasawarsa yang menelan korban nyawa belasan ribu itu. Konflik yang - syukurlah - tinggal sejarah, dan itu terutama jasa Ahtisaari.
Walaupun konflik tersebut kian dilupakan, tetap ada gunanya untuk sekali lagi menoleh ke belakang, karena Aceh menunjukkan potensi konflik yang tersedia di seluruh dunia. Sengketa menyangkut sumber daya alam, ketegangan etnis, fundamentalisme relijius, masalah lingkungan. Perpaduan berbahaya yang dengan pasokan amunisi memadai juga bisa meledak di wilayah politik lainnya.
Aceh juga didatangi Tsunami yang berdampak parah di sepanjang pantai provinsi itu. Menggunakan krisis tersebut sebagai peluang, adalah seni tertinggi diplomasi. Dari puing-puing bencana alam didirikan sebuah Aceh yang baru, provinsi yang rukun dan damai di Indonesia yang beragam suku bangsanya.
Aceh adalah salah satu persinggahan - mungkin yang terpenting - dalam perjalanan sang warga dunia dan pecinta damai, Martti Ahtisaari. Masih ada persinggahan lain dan tidak semua berakhir dengan kepuasan semua pihak, seperti di Aceh.