"Love Commandos" di India
25 Oktober 2013Beberapa di antara mereka, hampir seratus hari tinggal di sini. Gedung dua lantai dengan pemandangan taman dalam gedung. Dinding yang dicat biru, hijau, merah dan kuning memberi kehangatan di tempat ini. Tidak ada yang harus tahu keberadaan mereka di sini. Bahkan teman-teman terdekat.
Terlihat setangkai mawar merah, di atas meja di lorong. Dari ruangan di belakangnya, berhembus aroma dupa. Di ruang lain, duduk para pecinta muda, pasangan yang baru tunangan atau menikah diam-diam. Banyak dari mereka sudah merasakan dipukuli, dipenjara dan diarak sebelum mereka menemukan tempat berlindung di "Love Commandos".
Jika menikah akan dibunuh
”Ini adalah cinta kala pandangan pertama," tutur Imran, 21 tahun usianya. Imran sering melihat sang pujaan, setiap saat ketika Shazia –juga berusia 21 tahun—mengunjungi bibinya di suatu kawasan di negara bagian di Punjab.
Setelah bertahun-tahun, Imran menyatakan rasa cintanya. Pertama-tama, Shazia tidak percaya padanya. Imran berlatar belakang keluarga berkasta lebih tinggi, sedangkan Shazia dari kasta yang lebih rendah. Keluarga Imran kaya dan berpendidikan, sementara orang tua si gadis tidak memiliki gelar sarjana dan hanya punya cukup uang sekedar untuk memberi makan anak-anaknya. Sebuah pernikahan akan dianggap sebagai skandal keluarga. Meski demikian keduanya memutuskan untuk menyatukan cinta dan menentang keluarga mereka.
Kini keduanya duduk di ruang tamu "Love Commandos" rasanya seperti mukjizat. Ini adalah upaya kedua. Pertama-tama mereka dulu kabur pada bulan April 2013 ke rumah teman-temannya, tapi akhirnya menyerah dan kembali ke orang tua, setelah diiming-imingi akan diizinkan untuk segera menikah. Tapi ternyata sang orang tua melanggar janji. Shazia dikunci di rumah keluarga, ayah Imran mengancam: "Jika mereka tetap menikah, kami akan membunuh mereka." Lima bulan kemudian, Shazia kembali bersama Imran. Namun mereka memandang masa depan dengan keterputusasaan. Imran tak punya pekerjaan, dia juga telah putus sekolah.
Seorang teman yang memberitahu mereka tentang "Love Commandos " dan membayari tiket ke Delhi - mereka terikat bersama, mencari selamat dari ancaman kematian.
Perlindungan bagi pasangan
Sudah sejak tiga tahun silam, banyak pasangan seperti Shazia dan Imran mencari perlindungan di "Love Commandos". Organisasi ini menempatkan orang-orang berpengalaman untuk menjalankan misi yang jelas: yakni perlindungan bagi pecinta, papar Sanjoy Sachdev, juru bicara kelompok itu. Terdapat sekitar 50 pasangan saat ini yang tinggal di tujuh wilayah tempat penampungan di Delhi.
Di seluruh India, sekarang ada 200 tempat-tempat rahasia semacam itu. Sebuah hotline nasional menyediakan penampungan bagi para pasangan di daerah mereka. Sementara itu, kini terbentuk jaringan luas relawan, kata Sanjoy.
Sanjoy berdiri dan dengan bangga memperlihatkan botol semprot kuning kecil yang berada di rak, di samping altar dengan dupa , "Jika ada bahaya, dengan ini kami melindungi diri," tambah Sanjoy. Itu adalah semprotan lada. Sanjoy dan rekan-rekannya mempertaruhkan nyawa mereka setiap hari, dari beberapa keluarga yang marah atas tindakan mereka.
Menurut Komnas Perempuan India, dalam satu bulan terjadi sekitar 70 hingga 80 pembunuhan berlatar belakang tradisi kuno. Angka yang sebenarnya bisa lebih tinggi dari itu, karena banyak pembunuhan yang ditutup-tutupi keluarga dan korbannya disebut melakukan bunuh diri.
Facebook dan ponsel
Ashraf dan Bahar berkenalan lewat facebook. Diam-diam, orang tua sudah mencari pria yang dianggap tepat untuk dijadikan suami bagi Bahar. Sekali seminggu, calon suami datang mengunjunginya. Bahar bercerita: "Saya merasa murah dan dipajang."
Ketika Bahar lebih memilih Ashraf ketimbang pria yang dijodohkan padanya, ayahnya mengatakan terang-terangan, "Lebih baik kami membunuhmu daripada mengorbankan martabat."
Ashraf dan Bahar menemukan hotline "Love Commandos“ lewat koran. Ashraf menceritakan: "Kami ketakutan, tetapi mereka mengatakan kepada kita untuk tidak khawatir, kami di tempat penampungan ini akan membantu Anda," kata Ashraf. Mereka mendapatkan makanan di sini dan juga tempat tidur. "Kita sudah menikah sekarang," kata Ashraf sambil tersenyum. Apakah mereka juga ingin punya anak? Bahar dan Ashraf cekikikan, lalu mengatakan bahwa mereka harus mencari pekerjaan dulu, jika polisi berhenti untuk mencarinya. Sampai waktu itu tiba, mereka di menunggu dulu di sini.
*Nama telah disamarkan editor