Liga Arab Sepakati Sanksi Terhadap Suriah
27 November 2011Hari Minggu (27/11) di Kairo, para menteri luar negeri yang tergabung dalam Liga Arab menetapkan sejumlah sanksi terhadap Suriah. Misalnya larangan bepergian di wilayah Arab bagi pejabat tinggi, pembekuan rekening pemerintah, larangan perdagangan dengan rezim di Damaskus dan menghentikan penerbangan dari dan ke Suriah di wilayah Arab.
Namun Irak dan Libanon tidak ikut serta dalam sanksi itu. Sebagai alasan, pemerintah di Baghdad mengatakan adanya hubungan ekonomi erat dengan Damaskus, sekitar satu juta pengungsi Irak berada di Suriah dan khawatir akan ekstremis anti Irak bila Assad lengser. Libanon saat ini di bawah pengaruh Hizbullah yang dianggap barat sebagai organisasi teror dan merupakan mitra erat rezim Assad. Yordania pada dasarnya mendukung sanksi, namun menunjuk pentingnya Suriah sebagai negara transit bagi jalur impor dan pasokan air minum.
Intervensi asing tak terhindari bila kekerasan tidak berakhir
Atas nama Liga Arab, Menlu Qatar Hamad al-Thani menjelaskan bahwa organisasi ini tidak ingin mengintervensi di Suriah. Tetapi bila rezim Suriah ke depan tidak mengakhiri kekerasan terhadap rakyatnya, maka intervensi asing tidak dapat dihindarkan.
Bagi pakar Timur Tengah Joseph Kechichian, sanksi Liga Arab tersebut membawa konsekuensi: "Satu-satunya tempat pelarian bagi Suriah kini hanya Iran dan Libanon. Masyarakat internasional lainnya menerapkan sanksi. Karena itu sanksi ini nampaknya akan berdampak."
Rezim Assad menolak tuntutan Liga Arab untuk mengijinkan misi pengawas, dan melihatnya sebagai intervensi. Presiden Assad sendiri masih menegaskan di Damaskus untuk memerangi teroris sampai tuntas. Turki adalah tenaga pendorong menentang Suriah, meskipun tidak termasuk dalam Liga Arab. Di Kairo, Turki juga hadir, bahkan membeberkan sejumlah sanksi negeri itu sendiri terhadap Suriah, misalnya mengakhir proyek-proyek minyak bersama dan penghentian ekspor energi.
Sudah berpengalaman atas sanksi
Setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa, sanksi Liga Arab mengenai Suriah. Lebih setengah kegiatan ekspor dan seperempat impor Suriah dilakukan di Timur Tengah. Namun rezim Suriah tidak akan cepat ditekuk. Suriah sudah berpengalaman dalam soal sanksi dan memiliki cadangan sekitar 16 milyar dollar dari bisnis minyak. Karena itu bagi pakar Suriah Kechichian, sanksi-sanksi ini tidak akan menyelesaikan masalah: "Liga Arab sangat sabar tehadap Suriah dan telah memberikan banyak kesempatan. Untuk beberapa bulan mungkin ini akan cukup, tetapi masalahnya adalah kredibilitas Liga Arab yang tidak pernah dianggap sangat tinggi. Sekarang organisasi ini berhasil, namun dicermati dunia. Ke depan sebaiknya Liga Arab bertindak lebih cepat."
Sementara Bahrain, Qatar dan Uni Emirat menyerukan warganya untuk keluar dari Suriah, kekerasan di negeri itu berlanjut. Menurut keterangan oposisi, warga sipil kembali tewas ditembak militer Suriah. Namun, anggota militer juga dilaporkan tewas. Rezim menuding para desertir yang bertanggung jawab atas kekerasan. Hingga kini, sekitar 3.500 orang tewas dan untuk sementara ini tampaknya tidak akan banyak berubah meski ada sanksi Liga Arab.
Ulrich Leidholdt/Christa Saloh
Editor: Ayu Purwaningsih