Libanon Terima Bantuan, Libanon dalam Konflik
26 Januari 2007Harian Prancis Nord Eclair yang terbit di Perancis Utara memberitakan :
“Melalui inisiatif yang datang dari Presiden Prancis, kemarin dalam pertemuannya di Paris para negara donor memberikan dana sebesar 7 milyar bagi Libanon, yang bagi negara ini lebih dari sekedar penyambung hidup. Libanon adalah petualangan terakhir dari perpecahan lama yang sudah berlangsung sekitar 14 abad. Orang dapat saja berpikir, negara-negara seperti Arab Saudi, Mesir dan Yordania tidak memiliki kepentingan menjadikan Beirut sebagai satelit bagi Teheran. Prancis tentu saja tidak boleh mencampuri persaingan pengaruh dalam pertikaian antara dua saudara ini. Namun Prancis tidak bisa berdiam diri saja melihat negara kecil ini terdesak kondisinya. Negara yang sudah lama menjadi model bagi kehidupan bersama dan pembagian kekuatan di bawah kepercayaan yang berbeda-beda.”
Sementara harian Italia Corriere della Sera mengomentari kerusuhan yang terjadi di Beirut, ibukota Libanon.
“Aspek yang menimbulkan kekhawatiran terbesar dalam maraknya kekerasan baru-baru ini di Beirut adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Bahkan berbagai politisi nasional Libanon tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Hanya sedikit percikan bunga api saja sudah bisa menimbulkan kebencian, sehingga anak-anak muda turun ke jalan-jalan dan membakar mobil serta melumpuhkan kehidupan kota dan membunuh. Beirut telah menunjukkan dengan jelas bahwa kota itu sekali lagi siap untuk melaksanakan aksi bunuh diri.”
Sementara harian La Repubblika Italia menulis:
“Di Beirut timbul kembali ketakutan, seperti yang terjadi Juli tahun lalu, ketika kota ini menderita akibat serangan bom Israel. Memang ada beberapa perbedaan yang mendasar. Perbedaan pertama adalah bahwa kali ini ancamannya datang dari dalam dan ada kesan kesatuan nasional yang telah menolong negara ini dalam perang 34 hari, sekarang pecah berkeping-keping. Perbedaan kedua, kekacauan ini menunjukkan bahwa para pemimpin politik dari berbagai aliran menghadapi kesulitan untuk seterusnya mengendalikan massa yang sebenarnya mereka giring sendiri ke kondisi yang kacau ini. Sekali lagi awan kelabu mengancam langit Libanon.“
Tentang kemelut Lebanon, harian Herald Tribune menulis :
"Proses demokrasi versi Libanon telah mencapai titik nadir. Setidaknya separuh dari penduduk menolak pemerintahan yang sekarang. Institusi politik telah digantikan oleh politik jalanan, yang menciptakan iklim yang dapat berubah sewaktu-waktu di mana bentrokan dengan mudah dapat tersulut, sebagaimana yang sering sehari-hari kita lihat di Irak. Pemimpin oposisi bersumpah bahwa akan melanjutkan kampanye mereka apabila tuntutan mereka tidak dipenuhi. Sementara pemerintahan koalisi bersikeras tidak mau memenuhi tuntutan.”