Ledakan Beirut: Puluhan Orang Tewas, Ribuan Lainnya Terluka
5 Agustus 2020Ledakan dahsyat di sebuah pelabuhan di ibukota Libanon, Beirut, pada Selasa (04/08) menewaskan sedikitnya 78 orang dan melukai lebih dari 4.000 lainnya. Ledakan terjadi pukul enam malam waktu setempat.
Perdana Menteri Hassan Diab kemudian mengatakan bahwa tumpukan besar 2.750 ton amonium nitrat di sebuah gudang di pelabuhan, telah menyebabkan ledakan kedua yang lebih besar.
"Tidak dapat diterima bahwa pengiriman 2.750 ton amonium nitrat yang telah berada selama enam tahun di sebuah gudang, tanpa ada tindakan pencegahan," kata Diab pada pertemuan dewan pertahanan, yang dikutip oleh juru bicaranya kepada para wartawan.
"Kami tidak bisa diam mengenai masalah ini ... Saya tidak akan beristirahat sampai saya tahu siapa yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi dan memberi mereka hukuman terberat," kata Diab.
Senyawa kimia amonium nitrat memiliki banyak kegunaan, seperti bahan untuk pupuk pertanian hingga penambangan atau bahkan pembuatan bom. Dalam kasus ini, pejabat Libanon mengatakan bahwa amonium nitrat yang disimpan itu adalah kontingen besar untuk pupuk pertanian yang telah ada di gudang, sejak disita dari kapal kargo pada tahun 2014. Amonium nitrat itu menunggu untuk dilelang atau pun dibuang dengan cara yang tepat.
"Fakta-fakta tentang gudang berbahaya yang telah ada sejak 2014, selama 6 tahun, akan diumumkan," kata Diab. "Saat ini, kami fokus pada penanganan bencana, evakuasi para korban yang meninggal, dan merawat yang luka."
Kapasitas RS kelebihan muatan
Palang Merah Libanon mengatakan lebih dari 30 tim tengah menangani para korban yang terluka akibat ledakan.
Pejabat Libanon mengatakan ledakan itu telah merusak bangunan-bangunan di seluruh ibu kota, mengakibatkan banyak korban berjatuhan dan terkubur di reruntuhan. Asap terlihat mengepul di seluruh kota.
Warga di Siprus, sekitar 180 kilometer di seberang laut dari Beirut, dilaporkan mendengar ledakan itu.
Presiden Libanon Michel Aoun menjadwalkan pertemuan kabinet darurat, hari ini Rabu (05/08). Ia mengatakan, keadaan darurat selama dua minggu harus diumumkan.
Selama berjam-jam setelah ledakan, petugas medis membawa korban yang terluka dengan ambulans. Rumah sakit kelebihan kapasitas dan kekurangan pasokan darah. Satu rumah sakit melaporkan lebih dari 500 pasien telah tiba.
Koresponden DW di Beirut, Bassel Aridi mengunjungi rumah sakit. Ia mengatakan: "Apa yang saya lihat di rumah sakit sangat dramatis. Semua rumah sakit telah mengumumkan bahwa mereka benar-benar kelebihan beban."
"Orang-orang berdoa untuk orang yang mereka cintai di media sosial," tambahnya. "Kehancuran dan reruntuhan sangat besar."
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Jerman mengatakan bahwa beberapa warga negara Jerman termasuk di antara para korban yang terluka.
"Kami terkejut dengan foto-foto dari Beirut," tulis Kemenlu Jerman di Twitter. "Orang-orang dari kedutaan kita termasuk di antara korban yang terluka. Pikiran kami bersama kerabat para korban. Jerman mendukung di Libanon di masa sulit ini. Kami mencari bantuan apa yang bisa kami tawarkan."
Israel dan Hizbullah sebut bukan serangan roket
Israel mengatakan pihaknya tidak ada hubungannya dengan ledakan itu, mendesak adanya "kehati-hatian seputar spekulasi." Hizbullah juga mengatakan tidak memiliki indikasi adanya keterlibatan Israel.
Kedua negara bertetangga memiliki ketegangan yang tinggi; Israel mengatakan pada akhir Juli bahwa mereka telah menggagalkan upaya penyusupan oleh orang-orang bersenjata Hizbullah, dekat perbatasan ke Libanon.
Perang terbaru antara Libanon dan atau Hizbullah dan Israel terjadi pada tahun 2006.
Libanon juga saat ini berada dalam cengkeraman gejolak ekonomi yang parah, banyak orang turun ke jalan dalam beberapa bulan terakhir untuk memprotes situasi keuangan negara mereka.
Diab menyatakan bahwa Rabu (05/08) akan menjadi hari berkabung nasional bagi para korban ledakan.
Belasungkawa internasional pun mengalir deras. Uni Eropa, Amerika Serikat, Arab Saudi dan Iran mengumumkan bahwa mereka akan membantu Libanon dengan cara apa pun yang diperlukan.
pkp/ha (AFP, AP, dpa, Reuters)