Lebih Baik Tanpa Suami Daripada Dipoligami
Menjadi istri bukan berarti tidak punya pilihan. Sebaliknya, para perempuan ini membuktikan mereka berani menentukan jalan hidup mereka walau harus hidup menjanda. Para perempuan ini memilih bercerai daripada dipoligami.
Lebih Baik Mundur Daripada Mengharapkan Orang Berubah
Pernikahan lima tahun Rere berakhir pada tahun 2017. Ia memilih bercerai ketika suami ingin menikah lagi. Kini Rere menghidupi dirinya dan anak tunggalnya yang berusia delapan tahun dengan membuka usaha label dan menerima jahitan pakaian dan tas di rumahnya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Beruntung, ia bergabung dengan komunitas orangtua tunggal Spin Motion Indonesia yang menjadi tempat berbagi.
"Mending" Hidup Sendiri Daripada Dipoligami
Kunindarsih sudah menikah dua puluh tahun saat suami hendak menikah lagi. Meski tanpa pekerjaan, iya memilih bercerai pada tahun 2005. “Poligami menurut saya kurang nyaman ya, apa lagi bermain dengan perasaan. Lebih baik hidup sendiri daripada poligami.” Kunindarsih mencari nafkah dengan berjualan apa saja di Pacitan, Jawa Timur.
Saya Tidak Menolak Konsep Poligami, Tapi Saya Tidak Mau Dipoligami
Tiga tahun lalu suami Ati, bukan nama sebenarnya, mengabarkan ingin menikah lagi. Ati sebenarnya tidak menolak poligami, namun karena sikap suaminya yang ia kurang berkenan, Ati memilih bercerai dan membawa anak-anak dari rumah. “Saya tidak menolak poligami, tapi saya tidak mau dipoligami.” Meski ia mau bercerita pengalaman pahit hidupnya, ia menolak menampilkan foto dirinya.
Memilih Bercerai Daripada Dipoligami
Kartika Ekasari berani mengambil keputusan bercerai daripada dipoligami karena belajar dari pengalaman ibunya sendiri yang dipoligami. Sempat kuliah di Jerman selama lima tahun, perempuan pekerja di Surabaya ini berpesan, “Jadilah perempuan yang bebas dan bermartabat, layak dicintai, layak untuk bahagia tanpa harus mengorbankan harga diri dan memenjara diri dalam hirarki laki-laki.”
Tidak Ada Perempuan Yang Mau Dipoligami
Adhe Retno, seorang akademisi dan blogger yang produktif menjadi pemberi testimoni yang paling irit bicara. Ia hanya menjawab, “Tidak ada perempuan yang mau dipoligami. Saya juga tidak mau.” Meski begitu, ia bersedia memberikan fotonya.
Jangan Takut Hidup Tanpa Suami
Menikah selama 23 tahun tidak membuat Titin Handayani menjadi bergantung pada suami. Ia berani minta cerai saat suami mau menikah lagi dan merawat kedua anaknya dengan menjadi perias pengantin Jawa di Trenggalek, Jawa Timur. Pria tidak mungkin adil, katanya Lebih baik tanpa laki-laki, tegasnya. Ia mengaku semakin kuat setelah bergabung dengan Pekka atau Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga.
Kebahagian dari Allah SWT
Eti Sumiati memilih bercerai tahun 2004 daripada dipoligami. Bersama kedua anaknya, Eti bertahan hidup sendiri di Bandung hingga sekarang. “Bagi ibu terserah masing-masing orang jika ingin poligami. Bagi yang ridho, ok. Bagi ibu, seorang muslim, kebahagiaan dari Allah SWT saja.”
Daripada Hidup Dimadu, Lebih Baik Sendiri
Waode Alma menikah selama sebelas tahun dan bercerai tahun 2002 ketika suaminya punya istri baru. “Kenapa tidak mau dipoligami, Bu?”, tanya saya lewat sambungan telepon ke Kendari, Sulawesi Tenggara. Perempuan pengurus dana desa ini tertawa. “Kalau rukun bagus, tapi saya daripada hidup dimadu, lebih baik sendiri.” “Saran saya, cerai saja daripada hidup susah,” kata ibu empat anak ini.