Lawan Bakteri Dengan Serangga
17 Januari 2014Antibiotika yang ada sekarang ini sudah kadaluarsa, kata pakar biologi Andreas Vilcinskas. Oleh karena itu, lembaga penelitian Institut Fraunhofer untuk Biologi Molekular dan Ekologi Terapan di Gießen, Jerman, mengembangkan kerjasama yang erat dengan perusahaan raksasa farmasi Prancis, Sanofi.
Antibiotika adalah obat yang paling penting untuk memerangi penyakit menular, seperti misalnya TBC (tuberkulosis). Tapi sekarang antibiotikanya kurang mempan dan kurang efektif. Sebab, bakteri kini menjadi semakin resisten. Ini menjadi masalah besar di seluruh dunia, tandas Vilcinskas.
Belajar dari alam
Di masa depan, penelitian perlu mempertimbangkan strategi lain untuk mengembangkan obat baru yang efektif, papar Vilcinskas.
Dalam beberapa tahun terakhir semakin banyak uang yang disalurkan untuk penelitian, tetapi semakin sedikit zat aktif yang ditemukan. Sekarang mottonya adalah "belajar dari alam" lagi dan meneliti organisme karena mereka mampu mempertahankan diri.
Oleh karena itu, Fraunhofer dan Sanofi memiliki tujuan bersama untuk mengembangkan antibiotika dari berbagai bahan alami. Tetapi tidak dari tanaman, melainkan serangga khusus.
"Dengan lebih dari satu juta spesies serangga yang berbeda, kelompok-kelompok serangga ini adalah termasuk hewan paling sukses bertahan di muka bumi."
Serangga, kata para peneliti Fraunhofer, adalah gudang obat besar. Sebuah contoh yang terkenal adalah yang disebut belatung penyembuh luka yang telah disahkan sebagai obat di seluruh dunia dan bahkan tersedia penjualannya lewat internet. "Mereka bisa mempercepat penyembuhan luka. Tidak ada yang tahu persis bagaimana kerjanya, tetapi jika Anda hanya menaruh air liur belatung pada luka, maka proses penyembuhannya bisa hingga 18 kali lebih cepat."
Serangga dalam tanah sangat penting
Serangga yang harus beradaptasi dengan habitat patogen -yaitu bakteri atau jamur – sangat penting atau menarik untuk penemuan obat, papar Vilcinskas: "Sebagai contoh, larva ekor tikus. Larva lalat ini adalah satu-satunya hewan yang dapat hidup di kotoran hewan." Serangga ini memiliki sistem kekebalan tubuh yang bisa mencegah agar tidak sakit. Kami telah meneliti dan menemukan hasilnya."
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan senyawa penting dan menghasilkan obat dalam skala besar. Kemudian, jika mungkin, jumlahnya bisa mencapai target pasar.
Biaya untuk penelitian ini sangat besar. Jumlahnya bisa memakan ratusan juta Euro, keluh Andrew Vilcinskas: "Sementara pengembangan sebuah obat sekarang mengambil waktu rata-rata 15 tahun."
Para ilmuwan dari Fraunhofer dan Sanofi awalnya bekerja di laboratorium Sanofi di Frankfurt am Main. Pada tahun 2017 mereka akan pindah ke gedung baru di Gießen, Jerman.