Laskar Pelangi: Membela Hak Anak atas Pendidikan
15 Maret 2013Sekolah Dasar yang terancam jika kekurangan murid. Guru yang mengajar tanpa dibayar, dan anak-anak miskin berjuang untuk sekolah. Ini terjadi di sebuah kampung di selatan Sumatera, yakni pulau Belitung. Pulau yang kaya tambang timah, tapi penduduknya tetap hidup dalam kemiskinan.
“Laskar Pelangi” adalah novel populer yang di Indonesia terjual lebih dari setengah juta kopi, dan telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa termasuk Jerman. Novel ini difilmkan dengan judul yang sama dan sukses meraih penonton lebih dari empat juta orang. Belitung, yang dulu tak begitu banyak dikenal orang Indonesia, kini menjadi tujuan wisata. Biro perjalanan menawarkan tur “Laskar Pelangi“.
Kepada Deutsche Welle, sang pengarang Andrea Hirata menyebut buku ini semacam memoar atau semi otobiografi dirinya semasa kecil yang dia tulis dalam bentuk novel.
“Awalnya ini ditujukan sebagai hadiah kepada ibu guru saya,“ kata Andrea Hirata.
DW: Apa yang dikisahkan dalam novel Laskar Pelangi?
Andrea Hirata : Ini adalah kisah tentang sepuluh siswa di sebuah desa kecil di pulau Belitung, sebuah pulau yang sangat kaya tapi anak-anak asli di sana tidak bisa sekolah di fasilitas yang disediakan oleh perusahaan tambang yang mengeksploitasi kekayaan alam pulau itu. Lalu muncul dua guru yang memulai sebuah sekolah yang seadanya. Kami, para murid itu menghadapi kesulitan setiap hari, tapi tetap berjuang untuk mendapat pendidikan. Jadi ada ironi, tentang anak-anak dari tempat yang kaya namun tidak memiliki kesempatan untuk sekolah. Itu adalah potret era 80-an di Belitung.
Apakah novel ini adalah gambaran tentang Indonesia?
Novel ini awalnya tidak pernah ditujukan untuk menampilkan wajah Indonesia. Novel ini awalnya ditujukan sebagai hadiah kepada ibu guru saya. Ini adalah memoar atau bisa disebut semi otobiografi masa kecil saya yang ditulis dalam bentuk novel. Menampilkan karakter-karakter sederhana, tentang orang-orang kampung yang berusaha untuk tetap bisa sekolah. Ini adalah potret orang-orang yang berjuang pada masa sulit untuk mendapat pendidikan.
Bagi pembaca di luar Indonesia, apa yang bisa ditawarkan oleh novel ini?
Laskar Pelangi adalah sebuah perjalanan ke tempat yang unik yang mungkin tak tampak di peta. Tapi karena itu mungkin akan menjadi sebuah pengalaman yang unik. Novel ini menawarkan nilai tentang daya juang manusia, tentang dedikasi, komitmen dan pengorbanan. Kita tahu, masalah seperti ini (di novel Laskar Pelangi-red) bukan hanya ada di Indonesia tapi juga di banyak tempat di dunia, di mana penduduk asli di daerah yang kaya sumber daya alam, kehidupannya masih tertinggal.
Apa relevansi novel ini dengan kondisi masyarakat Eropa?
Saya mendengar bahwa belakangan ada masalah di negara-negara maju Eropa, bahwa appetite atau minat untuk sekolah berkurang. Ini berbeda dengan di kampung saya yang tidak punya apa-apa, tapi punya keinginan kuat untuk belajar. Ini mungkin bisa menjadi inspirasi.
Andrea Hirata adalah pengarang Laskar Pelangi, sebuah novel yang baru saja meraih penghargaan kategori Literatur dari ITB Buch Award 2013.