Kurikulum Islami Turunkan Kualitas Murid di Turki
8 Agustus 2019Di tengah perekonomian yang sedang melemah dan petualangan militer di Suriah, Turki juga disibukkan oleh rapor merah pendidikan nasional yang disimpulkan oleh sebuah studi milik pemerintah. Di dalam laporan tersebut murid Turki mencatat nilai di bawah rata-rata, terutama dalam mata pelajaran matematika dan bahasa.
Kelompok oposisi dan pengamat pendidikan sontak menyebut Islamisasi pendidikan dasar sebagai biang masalah. Fenomena tersebut muncul dalam bentuk sekolah Imam Hatip yang menitikberatkan kurikulum pengajaran pada pendidikan agama.
Awalnya sekolah Imam Hatip didirikan untuk mendidik pengajar agama. Namun reformasi pendidikan yang digulirkan pemerintahan di bawah presiden Recep Tayyip Erdogan dan partai AKP menempatkan sekolah agama tersebut di episentrum pendidikan nasional Turki.
Tumbuh bak jamur di musim hujan
Pemerintah Turki kemudian menggariskan kebijakan, mendorong pembangunan sekolah Imam-Hatip di seluruh penjuru negeri. Kementerian Pendidikan melaporkan, dalam lima tahun terakhir jumlah sekolah menengah yang mengadopsi kurikulum Imam-Hatip meningkat pesat dari 1099 menjadi 3286 sekolah.
Dari jumlah sekolah menengah keseluruhan itu, Sekolah Menengah Atas yang menerapkan metode Imam Hatip jumlahnya kini mencapai 1605. Tidak sedikit lembaga pendidikan umum yang dialihfungsikan menjadi sekolah Imam Hatip tanpa persetujuan orangtua murid.
Saat ini sebanyak 620.000 murid SMA di Turki harus mengenyam pendidikan di sekolah Imam Hatip.
Perkara terbesar pada sekolah Imam Hatip adalah kurikulum yang dibuat dengan pengaruh kental agama. Kantor Berita Reuters melaporkan, tahun lalu teori Evolusi misalnya dihapus dari mata pelajaran sekolah. Penekanan pada kaidah agama juga diberikan pada mata pelajaran eksakta.
Sebab itu banyak yang menilai lemahnya prestasi murid di Turki disebabkan pengaruh sekolah Imam Hatip. Disebutkan murid-murid dari sekolah tersebut mencatat rapor buruk dalam seleksi nasional untuk masuk ke perguruan tinggi.
Dukungan Pemerintah
Ironisnya Kementerian Pendidikan yang notabene penyandang dana sekolah Imam Hatip tidak menepis tudingan tersebut. Menurut data teranyar, hanya 38% murid sekolah Imam Hatip lolos uji seleksi nasional dan mendapat undangan masuk ke perguruan tinggi. Angka tersebut berada di bawah rata-rata nasional.
Pemerintah Turki sebetulnya tidak tinggal diam menyikapi problem ini. Pada tahun 2016 silam Kementerian Pendidikan menggagas "Proyek Ilmu Alam dan Humaniora". Proyek bertujuan untuk "meningkatkan peluang kelulusan murid sekolah Imam Hatip pada seleksi nasional perguruan tinggi dan mengintegrasikan ilmu Sosial dan Alam pada kurikulum sekolah," kata Özgenur Korlu dari LSM, Inisiatif Reformasi Pendidikan (ERG).
Namun Özgenurs menegaskan, langkah tersebut dinilai gagal meningkatkan kualitas lulusan Imam Hatip. "Saat ini sekolah menengah atas umum masih bertengger di urutan teratas kelulusan seleksi nasional ke perguruan tinggi", ujar pegiat reformasi pendidikan itu.
Ali Aydin, Sekretaris Jendral Serikat Pendidikan Bebas, menolak jika sekolah Imam Hatip dijadikan kambing hitam. Menurut dia, "sebelum menelanjangi kebobrokan konsep sekolah Imam Hatip, lebih penting untuk menuntaskan masalah struktural sistem pendidkan nasional di Turki,"
Erdogan Impikan "Generasi Relijius"
Presiden Recep Erdogan juga mengenyam pendidkan dasar di sekolah Imam-Hatip pada dekade 1960an. Dulu sekolah tersebut masih tergolong langka. Namun sejak berkuasa, Erdogan mendorong konsep sekolah umum bernafaskan Islam itu untuk dijadikan panutan.
Pada 2018 silam pemerintah Turki mengalokasikan dana senilai 1,68 milyar US Dolar untuk sekolah Imam Hatiip. Angka tersebut mencakup sepertiga dari total anggaran sekolah menengah atas di Turki, meski hanya 11% murid yang menempuh pendidikan di sekolah Imam Hatip.
Dalam beberapa tahun terakhir Erdogan berulangkali menegaskan betapa dirinya ingin menyaksikan kebangkitan "generasi relijius" di Turki. Untuk itu dia mengintervensi kurikulum pendidikan nasional dengan mengintegrasikan faham agama.
Kepada KB Reuters Hakit Bekiroglu, Direktur Asosiasi Sekolah Imam Hatip, mengklaim kekhawatiran kelompok sekularis pada sekolahnya sebagai berlebihan. Kebangkitan sekolag agama, kata dia, merefleksikan karakter konservatif sebagian besar penduduk Turki dan keinginan mereka memiliki sistem penddikan yang menekankan pada pendidikan moral, bukan hanya pengetahuan.
rzn/as (DW/Burcu Karakaş, Daniel Derya Bellut)