Kuliah Jurusan Kimia Permudah Pekerjaan di Rumah Penyandang Disabilitas
Bekerja sebagai pendamping orang berkebutuhan khusus di rumah penyandang disabilitas bukanlah pekerjaan yang populer di kalangan mahasiswa Indonesia di Jerman.
Tidak boleh jijik
Sejak lima tahun lalu Ega Musriyanti, mahasiswi Jurusan Kimia di Universitas Reinische Friedrich-Wilhelm Bonn bekerja paruh waktu di sebuah rumah penyandang disabilitas di Köln. Ega mengungkap ada tiga kunci utama bisa bekerja sebagai pendamping orang berkebutuhan khusus: tidak boleh mudah merasa jijik, sabar dan menguasai bahasa Jerman. Ega bekerja setiap akhir pekan dan hari libur nasional.
Anggap anggota keluarga sendiri
Ega selalu berusaha bekerja dengan hati. Pertemanan baik pun terjalin dengan para penghuni. "Aku sudah dibayar besar untuk pekerjaan ini. Jadi aku merasa wajib bekerja dengan baik. Lagi pula, aku anggapnya seperti rawat nenekku atau orang tuaku sendiri saja. Kan kalau mereka di kondisi ini, mereka juga ingin dibantu dengan baik," ujar Ega. Per jamnya, Ega mendapat upah sebesar 14 Euro.
Pahami penyakit penghuni untuk keselamatan diri
Mulai dari buat kopi, suapi makan, pakaikan jaket, bantu berbaring, antar ke kamar kecil, hingga mandikan penghuni adalah tugas yang biasanya Ega lakukan. Wajib juga untuk dikuasai adalah pengetahuan akan riwayat atau kondisi kesehatan terkini dari para penghuni, agar tidak tertular penyakit. Penghuni di sini antara lain penyandang HIV Aids, pasien dengan multiple sclerosis atau cacat dari lahir.
Curi waktu belajar
Satu pembagian jam kerja, Ega bekerja sama dengan dua kolega lainnya. Di lantai dua tempat Ega bekerja ada 25 orang penghuni. Dari tujuh jam kerja, isrirahat selama 30 menit dimanfaatkan untuk belajar. Namun ketika bel dari penghuni berbunyi, Ega harus bersigap, "bel harus selalu dianggap sebagai panggilan darurat. Jadi walau sedang istirahat dan sendiri kalau bel berbunyi harus jalan,” tegasnya.
Sibuk dengan skripsi
Ega yang kini duduk di tingkat akhir masa pekuliahannya tengah disibukkan dengan penelitian skripsi di laboratorium. Hari Senin hingga Jumat biasa ia habiskan di sini mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore. Penelitian di laboratorium bisa memakan waktu hingga tiga bulan, ditambah dua bulan masa penulisan skripsi. Ia mengaku apa yang dipelajarinya di perkuliahan turut membantu pekerjaanya. ed: yp