Krisis Perusahaan Otomotif Jepang Toyota
5 Februari 2010Krisis perusahaan otomotif Jepang Toyota yang melanda perekonomian Jepang menjadi sorotan harian Perancis Le Monde
"Masalah Toyota seperti halnya proses kebangkrutan maskapai penerbangan Japan Airlines adalah tanda-tanda kelemahan ekonomi Jepang dan keraguan beralasan yang mengguncang negara itu. Dalam 20 tahun status Jepang dari bangsa yang hiperdinamis merosot ke negara yang menua, menimbulkan rasa takut pada dirinya sendiri. Tapi orang tidak boleh terlalu cepat menarik kesimpulan. Meskipun menghadapi kesulitan, Jepang tetap memimpin dalam berbagai bidang teknologi, seperti dalam teknologi lingkungan dan robot. Namun meskipun krisis saat ini tidak harus berarti runtuhnya perusahaan-perusahaan bergengsi dalam perindustrian Jepang, hal ini menunjukkan perlunya perubahan yang mendalam."
'Perang Jalanan' demikian judul komentar Harian Jerman Süddeutsche Zeitung
"Tentu saja itu seperti suatu kebetulan. Dimana direksi industri otomotif Jerman Volkswagen menyampaikan rencana besarnya di masa depan kepada para investor di London bertepatan pada hari di mana Toyota kembali harus mengumumkan adanya masalah baru pada produk mobilnya. Direktur VW Martin Winterkorn mempresentasikan sasaran keuntungan yang berambisi dan menunjukkan kemauan keras untuk menjadi nomor satu di dunia, secara ekonomis dan ekologis, sementara di Tokyo direksi Toyota, sebuah perusahaan yang memimpin cabang otomotif dunia duduk terpekur dan menarik-narik rambutnya. Mengapa terjadi pada Toyota, mengapa secara beruntun? Kali ini masalah pedal rem. Tahun lalu karpet di bagian kaki pengemudi menghambat pedal gas. Beberapa hari terakhir 8 juta model produksi Toyota harus ditarik kembali ke pabrik, karena pedal gas macet dan membuat mobil melaju dengan kecepatan penuh. Kini masalah rem, yang menyulitkan mengemudikan mobil di jalan tidak rata atau dilapisi es. Bagi pihak VW adalah hari baik untuk mengumumkan rencana bisnisnya di tahun-tahun mendatang.“
Sementara harian Luksemburg Luxemburger Wort mengomentari pertemuan puncak Jerman Perancis di Paris
„Belakangan ini kerjasama Jerman Perancis tampak mendingin. Dari semua tanda simbolis dan penekanan keramahan antara Nicolas Sarkozy dan Angela Merkel, gagasan yang merangsang kebangkitan adalah pengecualian. Tapi kini Jerman dan Perancis ingin meningkatkan kerjasamanya di segala bidang. Bagian yang tidak diduga seperti halnya peluncuran Agenda 2020 yangmerupakan kesepakatan politik ekonomi yang dalam jangka menengah akan berlangsung di tingkat ekonomi pemerintahan. Gagasan seperti ini seringkali ditentang Jerman pada masa lalu, karena khawatir akan kepemimpinan Perancis. Tapi di tengah krisis yang dialami salah satu pengguna mata uang Euro Yunani, Merkel tidak ingin lebih lama menutup diri terhadap tawaran Sarkozy. Tentu saja dengan demikian Paris dan Berlin ingin menjadi pemberi rangsangan dan dorongan bagi seluruh Uni Eropa.“