Krisis Listrik Lumpuhkan Jalur Gaza
Israel mengurangi pasokan listrik untuk Jalur Gaza atas desakan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Langkah tersebut diambil untuk menggandakan tekanan terhadap Hamas. Tapi PBB mengkhawatirkan bencana kemanusiaan.
Tidak Ada Listrik buat Gaza
Perusahaan listrik Israel mulai menghentikan pasokan energi ke Jalur Gaza. Langkah tersebut diambil setelah pemerintah Israel memutuskan untuk memangkas pengiriman listrik sebanyak 40% sesuai desakan Presiden Palestina Mahmud Abbas.
Tekanan dari Tepi Barat
Perkembangan tersebut dilatari kisruh antara pemerintah Palestina di Tepi Barat Yordan dan Hamas di Jalur Gaza. Pemerintahan Otonomi di Ramallah selama ini membayar tagihan listrik untuk Jalur Gaza. Namun Presiden Mahmud Abbas ingin menggandakan tekanan terhadap kelompok garis keras tersebut dan mengurangi pembayaran tagihan listrik.
Nestapa Berganda
Padahal ketersediaan listrik untuk dua juta penduduk Palestina di Jalur Gaza saat ini pun sudah sangat kritis. Setiap rumah hanya mendapat jatah listrik selama tiga hingga empat jam per hari. Dengan pengurangan tersebut jatah listrik harian akan berkurang menjadi cuma dua jam. Sebagian yang mampu membeli generator listrik berbahan bakal diesel.
Minim produksi, Besar Kebutuhan
Israel selama ini menyuplai listrik berkapasitas 125 megawatt, atau sekitar 30% dari total kebutuhan energi di Jalur Gaza. Untuk memenuhi kebutuhan listrik buat dua juta penduduk Gaza dibutuhkan pasokan listrik sebesar 450 megawatt. Tapi kapasitas yang ada saat ini hanya mencapai 150 megawatt.
Manuver Rawan Konflik
Kini pengamat mengkhawatirkan pecahnya konflik baru di Timur Tengah. Pekan lalu Hamas mengatakan sikap Israel dan manuver Mahmud Abbas bertanggungjawab atas "konsekuensi buruk" kelangkaan listrik. Organisasi radikal itu juga menyebut penghentian pasokan listrik sebagai perkembangan yang "berbahaya."
Hukuman Tanpa Tujuan?
"Kebijakan ini menghukum semua orang, tidak cuma Hamas. Untuk apa? kami tidak mengerti," kata Samir Zaqout dari Organisasi HAM Al-Mezan kepada Al-Jazeera. PBB juga mengkhawatirkan munculnya krisis kesehatan. Saat ini pun 13 rumah sakit dan 54 klinik di Jalur Gaza yang harus bergantung pada generator listrik mengalami kekurangan dana untuk membeli bahan bakar.
Dalam Pelukan Kemiskinan
Setidaknya 65 persen penduduk Jalur Gaza hidup di bawah garis kemiskinan, 72% mengalami kelangkaan pangan dan 80% hidup dari bantuan internasional, menurut laporan EU-Mediterranean Human Rights Monitor. Tahun 2016 lalu tingkat pengangguran di Jalur Gaza meningkat tajam menjadi 43%, yang tertinggi sejak satu dekade terakhir.