140808 Lesbos Flüchtlinge
15 Agustus 2008Tak mudah membayangkan hidup di gedung dua tingkat dengan jeruji jendela dan halaman sempit yang dikelilingi oleh kawat duri. Tak lain seperti hidup terpenjara.
Sebelum dirombak, rumah tahanan yang berada di kawasan industri Lesbos digunakan sebagai pusat penampungan awal calon imigran dan pencari suaka yang mencoba mencari penghidupan lebih baik ke Eropa.
Pulau Lesbos di Yunani adalah titik persimpangan terdekat menuju Pantai Turki. Polisi mengatakan tahun ini gelombang imigran mencapai angka tertinggi sebagai akibat diperketatnya perbatasan antara Turki dengan Yunani.
Membludaknya jumlah imigran yang tertahan di Lesbos pada musim panas tahun ini, menyebabkan tingkat penampungannya melebihi kapasitas dan mencapai kondisi kritis. Khalid, pemuda Afghanistan berusia 18, baru dilepaskan dari rumah tahanan. Ia mengungkapkan jumlah orang tiga kali lipat ketimbang tempat tidur yang tersedia: „Tak ada lampu di kamar mandi dan keran air pada rusak, sehingga airnya luber kemana-mana. Butuh waktu berjam-jam membereskan kekacauan itu. Di sana cuma ada satu kamar mandi bagi begitu banyak orang. Hanya ada satu toilet di setiap ruangan, sehingga kita harus antri dari pagi hari apabila ingin bepergian di sore hari. Dan yang terburuk adalah toiletnya tepat disamping ruang tidur dimana kita tinggal. Bila toiletnya sedang rusak, bau busuknya bukan main. Dan dengan begitu banyaknya orang kondisi di sana sangat tak tertahankan.”
Husain, pemuda Afghanistan, 15 tahun usianya, telah melewatkan waktu seminggu di pusat penampungan itu. Ia mengungkapkan kondisi kesehatan di sana sangat memprihatinkan sehingga banyak sekali orang yang sakit setibanya di penampugan itu.
Kurang dari sebulan silam, organisasi Dokter Tanpa Batas Negara menuding Yunani menciptakan krisis kemanusiaan di gedung penampungan itu. Semenjak itu, kondisi para imigran yang terpinggirkan itu ada sedikit kemajuan, namun tetap saja memprihatinkan. Demikian ujar Nikolaos Mounikiotis dari organisasi itu yang sudah dua bulan mengabdikan diri di Lesbos:“Kami mencoba untuk memperbaiki kondisi sanitasinya dan juga memberikan pertolongan medis bagi orang-orang di sini sebab dari kaca mata kesehatan, mereka sangat membutuhkan bantuan. Mereka tinggal di tempat yang tak selayaknya bagi hidup normal. Tak ada tempat untuk melangkah di ruangan ini karena dihuni oleh 800 orang. Mereka pun tak dapat keluar-keluar. Anak-anak tak bisa bermain di sana. Betul-betul bagai tahanan.”
Organisasi bantuan Dokter Tanpa Batas Negara menyerukan perbaikan kondisi di pusat penampungan Lesbos. Pemerintah local tak menyangkal tudingan bahwa terjadi krisis kemanusiaan. Namun mereka berkilah jumlah imigran itu telah melewati batas, sehingga mereka kewalahan menanganinya. (ap)