Kota-Kota Jerman Kewalahan Atasi Gelombang Pengungsi Ukraina
2 November 2022Krisis energi dan inflasi akibat perang di Ukraina mulai berdampak pada pemerintahan kota di Jerman. Mereka kekurangan staf dan kekurangan sumber daya, sementara pengungsi asal Ukraina masih terus berdatangan.
Pejabat kota Cottbus, sekitar 130 km di tenggara Berlin, mengatakan kepada DW, mereka masih punya tempat untuk menampung pengungsi, tetapi tidak banyak lagi. Sebenarnya masalah tempat tinggal bukan persoalan yang sangat mendesak, tetapi bagaimana mengelola dan mengorganisasi kehidupan para pengungsi itu.
Pengungsi Ukraina di Cottbus tinggal di apartemen sendiri, bukan di tempat penampungan, kata juru bicara kota, jadi situasinya lebih baik. Tapi tantangan besarnya adalah mengintegrasikan para pendatang baru ke dalam kehidupan kota, terutama dalam hal menyediakan pendidikan dan perawatan kesehatan yang memadai.
"Pemerintahan federal mengganti dana untuk biaya suaka, tetapi bukan biaya operasionalnya," kata Stefanie Kaygusuz-Schurmann, kepala departemen pendidikan dan integrasi Cottbus, kepada DW. Sedangkan kota ini kekurangan penerjemah dan staf untuk menawarkan bantuan ekstra, tambahnya. Jadi sekarang semuanya bergantung pada kemurahan hati para relawan. Termasuk para pekerja media yang masih berjuang untuk mengatasi beban pasien reguler dan beban baru pasien pengungsi perang.
Beban berat bagi pemerintahan daerah
Terletak di perbatasan ke Polandia, Cottbus menjadi pusat eksodus warga Ukraina ke Jerman setelah Rusia menyerbu pada Februari lalu. Banyak dari sekitar satu juta pengungsi yang datang melewati kota yang berpenduduk hanya 100.000 orang ini.
Sekitar 1.500 pengungsi Ukraina telah ditempatkan di sini, menurut statistik kota. Sepertiganya adalah anak dan remaja usia sekolah. Itu berarti, sekitar 500 anak dan remaja, dengan berbagai tingkat pendidikan, kemampuan bahasa, dan trauma akibat perang, perlu segera masuk ke dalam sistem sekolah setempat.
Cottbus, seperti banyak bagian Jerman, sudah menghadapi masalah infrastruktur sebelum perang Ukraina. Pejabat kota berusaha melakukan kampanye pelatihan dan perekrutan. Tapi, masalah tidak akan bisa diselesaikan dalam satu malam, kata mereka. Semuanya membutuhkan dukungan keuangan negara bagian dan pemerintahan federal. Mereka mengeluh bahwa pemerintah federal membiarkan mereka dalam kesulitan, dan bahwa bantuan yang dijanjikan pada awal tahun ini belum juga kelihatan.
Migrasi sebagian besar adalah tanggung jawab negara bagian. Distribusi pengungsi didasarkan pada algoritma yang memperhitungkan populasi negara dan pendapatan pajaknya. Itu berarti, negara bagian seperti Nordrhein-Westfalen (NRW) yang padat penduduk dan relatif kaya harus menerima sekitar 21% pengungsi Jerman, menurut Kantor Migrasi Federal, sementara negara di bagian timur Jerman seperti Brandenburg, menerima 3%. Cottbus terletak di negara bagian Brandenburg.
Didera gelombang krisis silih berganti
Pertemuan antara pemerintahan negara bagian dan pemerintahan federal awal bulan ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan yang semakin besar. Nancy Faeser, menteri dalam negeri federal, mengumumkan akan menyediakan lebih banyak perumahan bagi para pengungsi, tetapi dia tidak memberikan lebih banyak uang atau menguraikan rencana untuk bulan-bulan mendatang. Rincian itu baru dijadwalkan keluar pada bulan November.
Sementara masuknya pencari suaka telah berkurang sejak lonjakan awal tahun ini, permohonan suaka masih tetap lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya.
"Kami telah menerima lebih banyak pengungsi daripada rekor angka tahun 2015,” kata Gerald Knaus, ketua Inisiatif Stabilitas Eropa kepada DW. "Salah satu target serangan Rusia adalah infrastruktur penting dan pusat-pusat sipil, untuk mendorong lebih banyak orang melarikan diri (dari Ukraina)."
Padahal Jerman juga masih menerima pengungsi tambahan dari Afghanistan, dan warga Rusia yang lari menghindari wajib militer. Ketidakpastian di Iran saat ini juga membuat Jerman dan Uni Eropa harus "bersiap," menerima lebih banyak pengungsi, tambah Gerald Knaus.
Sementara para pejabat dan kelompok bantuan di Jerman mengatakan bahwa mereka berada dalam posisi yang lebih baik untuk menangani pengungsi dibanding situasi tahun 2015, ketika sekitar satu juta pengungsi tiba dari Timur Tengah dan Asia Tengah.Tetapi mereka masih harus membenahi situasi setelah pandemi COVID-19, yang menempatkan pendidikan dan sistem kesehatan sebagai prioritas. (hp/pkp)