Kontroversi Gelombang Infra dari Turbin Angin
11 Februari 2013Suara mendesau dari bilah turbin pembangkit energi angin yang berkekuatan dua megawatt awalnya tidak terkesan mengkhawatirkan. Bahkan di sebagian daerah berpenduduk padat di negara bagian Jerman, Nordrhein-Westfalen, banyak jalan dan rel kereta lebih bising lagi.
Tetapi di samping suara desauan baling-baling kincir angin yang bisa didengar telinga manusia, turbin juga menghasilkan suara yang tidak terdengar karena frekuensinya sangat rendah. Gelombang berfrekuensi rendah ini, yang disebut gelombang infra, dikatakan penduduk di sekitar taman kincir angin, menyebabkan mereka sakit.
Detlef Piorr pakar untuk analisa gelombang di kantor urusan lingkungan pemerintah Nordrhein-Westfalen, yang berlokasi di Essen, selama beberapa tahun bersama koleganya mencatat dan menganalisa gelombang infra. "Pada taman kincir angin, orang dapat mengukur spektrum gelombang infra. Dan itu jelas jauh di bawah batas pendengaran manusia", demikian Piorr. Oleh karena itu taman kincir angin di Jerman dia nilai tidak mengkhawatirkan bagi manusia.
Masalah Frekuensi
Apakah seseorang dapat mendengar suara, tergantung pada dua faktor. Volume dan frekuensinya. Karena gelombang infra memiliki frekuensi sangat rendah, maka harus disuarakan dengan sangat keras agar dapat terdengar telinga manusia.
Di Amerika Serikat sebuah tim yang terdiri dari pakar bunyi sudah mulai mencatat hasil percobaan gelombang infra. Saat melakukan uji coba di dekat kincir angin, mereka merasa pusing, mual dan tidak dapat berkonsentrasi. Simptom ini baru berkurang ketika mereka meninggalkan taman kincir angin.
Di Jerman ada peraturan ketat, yang mengatur volume suara berfrekuensi rendah, yang berasal dari instalasi seperti turbin pembangkut energi angin. Menurut peraturan itu, suara yang frekuensinya di bawah 10 Hertz harus mencapai volume 95 decibel terlebih dahulu, baru bisa dianggap masalah. Sebagai perbandingan, volume sebuah acara hiburan biasanya sampai sekitar 60 decibel.
Detlef Piorr juga memperhatikan hasil penelitian pakar AS secara seksama. Tetapi masalahnya, demikian Piorr, tidak hanya berasal dari frekuensi rendah. "Saya tahu dari berbagai keluhan, bahwa penyebab gangguan bukan hanya gelombang infra, melainkan juga suara-suara normal, yang kerap terdengar dari turbin."
Optimis tapi Hati-Hati
Perusahaan Vensys Energy AG, sebuah perusahaan pembuat kincir angin di Jerman barat daya, juga mengenal studi gelombang infra dari para pakar Jerman. Direktur perusahaan Jürgen Rinck mengatakan, ia yakin, gelombang infra dari bilah turbin angin terlalu lemah, untuk dapat menyebabkan masalah pada manusia.
"Tentu saja diskusi mengenainya banyak“, demikian dikatakan Rinck dalam wawancara dengan Deutsche Welle. "Gelombang infra awalnya terdengar berbahaya, karena orang tidak dapat mendengarnya sama sekali. Itu tentu menyebabkan perasaan takut."
Tetapi menurut Rinck, orang tidak perlu khawatir. Sampai saat ini, gelombang infra yang terbukti merugikan manusia hanya gelombang yang intensitasnya sampai sekitar 170 decibel. Tetapi peneliti AS tidak sependapat. Menurut mereka, ada studi yang menunjukkan, gelombang infra pada 60 decibel sudah menyebabkan perasaan mual dan gangguan tidur.
Warga Sekitar Taman Kincir Angin Khawatir
Di daerah sekitar kota Essen, pembangkit energi angin memenuhi banyak daerah. Ketika Jerman memutuskan untuk tidak lagi menggunakan tenaga nuklir secara bertahap, di banyak daerah Jerman didirikan taman kincir angin. Seorang perempuan yang tinggal di dekat taman kincir angin mengatakan, ada suara yang selalu terdengar, walaupun hampir tidak disadari.
Apapun tanggapan para pakar atau warga sekitar taman kincir angin, menurut Detlef Priorr, pihak berwenang di Jerman akan terus menanggapi masalah ini dengan serius. Pemerintah Jerman sejauh ini juga tidak menyepelekan hasil penelitian pakar dari AS. Kantor urusan Lingkungan dari pemerintah Jerman mendirikan proyek penelitian baru, yang mengurus masalah gelombang infra dari instalasi pembangkit tenaga angin. Tetapi kapan ada hasil yang jelas, belum dapat diketahui.