Konsep Pesawat Masa Depan
Harga bahan bakar yang melangit memaksa industri penerbangan menelurkan ide visioner untuk menciptakan pesawat masa depan. Sebagian ide itu sudah bisa ditampilkan sekarang. Beberapa bahkan lebih dari sekedar gagasan
Terbang tanpa Gas Buang
Laulintas udara menyebabkan tiga persen emisi karbondioksida di seluruh dunia. Terlalu banyak menurut Komisi Eropa. Lembaga itu menuntut pengurangan emisi sebanyak 25% hingga 2050. Ide-ide visioner seperti yang dibuat oleh bengkel Bauhaus dan terbang dengan energi listrik bisa membantu.
Mesin berpendingin es
Pesawat elektrik ini dilengkapi dengan mesin berdaya tinggi. Mesin itu didinginkan pada minus 190 derajat Celcius agar memaksimalkan efesiensi kabel sambungan listrik. Kendala terbesar adalah berat baterai yang masih terlampau tinggi.
Bentuk mengikuti fungsi
Desain badan pesawat yang tepat dapat menghemat bahan bakar. Seperti misalnya desain yang dirancang oleh Pusat Penerbangan dan Antariksa Jerman (DLR) ini menggabungkan kabin penumpang dengan sayap pesawat, yang disebut dengan "blended-wing-body". Dengan begitu gaya gesekan yang selama ini menghambat pesawat bisa dikurangi.
Baling-baling raksasa gantikan mesin jet
Lebih efisien ketimbang mesin jet adalah apa yang disebut dengan rotor terbuka. Konsep ini berfungsi seperti baling-baling, namun dua rentang sayapnya berputar berlawanan arah. Menurut penelitian DLR, mesin semacam itu bisa menghemat bensin sebanyak 20%. Diameter setiap baling-baling mencapai lima meter.
Lebih hemat, tapi juga lebih berisik
Solusi paling ideal adalah meletakkan rotor terbuka itu ke dalam badan pesawat. Desain ini membuat pesawat menjadi lebih hemat energi, kendati sedikit lebih lambat ketimbang pesawat yang ada saat ini. jarak yang biasa ditempuh dalam dua jam akan menjadi 15 menit lebih lama. Kerugiannya adalah: rotor terbuka memproduksi suara yang lebih keras ketimbang jet modern.
Hemat Energi
Beginilah bentuk pesawat yang dibuat demi menghemat energi: sayap yang lebih panjang, badan yang kecil dan mesin elektrik. Pesawat bernama "Solar-Impulse" yang dikembangkan oleh Bertrand Picard dan André Borschberg ini cuma bisa melesat dengan kecepatan 70 kilometer per jam dan tidak mampu membawa beban.
Sayap lentur
Sayap yang panjang dan tipis membantu aerodinamika pesawat dan bisa menghemat bahan bakar. Sebab itu panjang sayap pesawat tenaga matahari bisa mencapai 63 meter, lebih pendek 5 meter ketimbang sayap pesawat Jumbo Jet. Perkaranya, semua bandar udara tidak mampu menampung pesawat dengan sayap sepanjang itu. Solusinya: Sayap yang bisa dibengkokan.
Kembali ke sayap ganda
"Boxwing" yang didesain Bauhaus memiliki baling-baling terbuka dan sayap yang sangat panjang dan tipis layaknya pesawat layang. Bentuk sayapnya yang menyerupai panah membuat pesawat ini hemat bahan bakar dan mampu terbang lebih cepat. Terlebih panjang rentang sayapnya cocok untuk bandar udara yang ada saat ini.
Masa depan tidak cuma soal hemat energi
Buat sebagian yang berusaha menghemat waktu, DLR mendesain Spaceliner yang berupa pesawat suborbital berkecepatan Hipersonik dengan mesin roket. Pada 2050 pesawat ini bisa menghubungkan Eropa dan Australia dalam waktu cuma 90 menit.