Kilas Balik Politik Asia 2016
Tahun ini Asia banyak mencatat peristiwa penting dalam bidang politik, antara lain kudeta di Turki, korupsi di jiran Malaysia dan pembantaian etnis Rohingya di Myanmar.
Turki
Gagalnya kudeta militer Turki pada 15 Juli silam menandai pergeseran kekuasaan di negeri dua benua ini. Sejak itu Presiden Recep Tayyip Erdogan membetoni kekuasaanya lewat amandemen konstitusi dan penangkapan terhadap puluhan ribu pendukung rival politiknya Fethullah Gulen. Tercatat sebanyak 45.000 pegawai negeri ditangkap atau dipecat, diantaranya adalah guru, perwira militer dan jaksa.
Myanmar
Sejak peralihan kekuasaan pada awal tahun Myanmar giat menggulirkan proses demokratisasi setelah lima dekade pemerintahan junta militer. Namun jiran Indonesia itu dihujani kecaman menyusul pembantaian terhadap minoritas Rohingya. Militer Myanmar tercatat telah membunuh lebih dari 200 orang sejak awal 2016 dan diduga melakukan pemerkosaan massal dan penyiksaan terhadap etnis Rohingya.
Malaysia
Puluhan ribu orang turun ke jalan November silam buat menuntut mundur Perdana Menteri Najib Razak menyusul dugaan korupsi. Razak ditengarai menilap uang dari dana investasi Malaysia 1MDB. Juli lalu Wall Street Journal menemukan aliran dana gelap sebesar 700 juta Dollar AS ke rekening pribadi Razak. Namun sang perdana menteri bersikeras dirinya tidak bersalah dan uang tersebut merupakan sumbangan.
Laut Cina Selatan
Juli silam Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag mengabulkan gugatan Filipina atas klaim Cina di Laut Cina Selatan. Beijing sontak menolak putusan tersebut. Namun konstelasi konflik di perairan kaya sumber daya itu berubah setelah kemenangan Rodrigo Duterte dalam pemilu kepresidenan di Filipina. Duterte memilih menjauh dari sekutu lama Amerika Serikat dan mendekat ke Cina.
Korea Selatan
Gejolak politik membekap Korea Selatan menyusul skandal korupsi yang melibatkan teman terdekat Presiden Park Geun-Hye. Akibatnya puluhan ribu penduduk berdemonstrasi November silam buat menuntut pengunduran dirinya. Namun Park berusaha mengulur waktu lewat jalur konstitusi. Ia diyakini ingin bertahan hingga pemilu kepresidenan Desember 2017.
Filipina
Sejak kemenangan Rodrigo Duterte dalam pemilu kepresidenan bulan Juli, Filipina menjelma menjadi ladang pembantaian bagi pengguna dan pengedar narkoba. Meski mendapat kecaman dunia internasional, Duterte bersikeras mempertahankan kebijakan kontroversialnya itu. Sejak pertengahan tahun polisi dan pembunuh bayaran tercatat telah melumat 6.000 nyawa terduga pengedar narkoba tanpa proses pengadilan.
Thailand
Kematian raja Bhumibol Adulyadey pada 13 Oktober menggoyang Thailand yang tengah dibelit krisis politik. Sang raja pergi meninggalkan bangsa yang sedang terbelah. Pada Agustus sekitar 61% penduduk mendukung konstitusi baru yang dibuat oleh junta militer melalui referendum. Konstitusi baru itu membetoni pengaruh militer di panggung politik Thailand.