Kilas Balik Krisis di Tahun 2014
Tahun 2014 hampir berakhir. Apa yang menggerakkan dunia? Di mana krisis terjadi? DW menunjukkan dalam gambar.
Kemelut Gaza
Operasi militer di Tepi Barat dipicu oleh hilangnya tiga murid sekolah agama Yahudi, pertengahan Juni. Mereka kemudian ditemukan tewas dibunuh. Sejak itu Israel berkali-kali melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza, dan anggota Hamas menembakkan roket ke wilayah Israel. Konflik baru mereda Agustus, setelah gencatan senjata antara kedua pihak beberapa kali dilanggar.
Krisis di Ukraina
Pusat ibukota Ukraina, Kiev membara. 20 Februari 80 orang tewas di lapangan Maidan. Segera setelahnya Presiden Yanukovych meninggalkan Ukraina. Itulah awal perang saudara di negara itu. Rusia tidak ingin kehilangan pengaruh di Ukraina dan bersedia mengambil langkah apapun. Setelah aneksasi Krimea terjadi dan sanksi Barat dijatuhkan terhadap Moskow, disebut-sebut mulai terjadinya Perang Dingin II.
Eskalasi Krisis Ukraina dan Jatuhnya MH17
Pesawat Malaysia Airlines MH17 jatuh, diduga akibat tembakan roket pemberontak Ukraina. Pesawat tersebut mengangkut 298 orang dalam perjalanan dari Belanda ke Malaysia. 193 yang tewas adalah warga Belanda. Pemerintah Ukraina dan separatis pro Rusia saling menuduh jadi dalang di balik jatuhnya pesawat. Ketegangan antara Rusia dan Barat sejak itu meningkat.
Kerusuhan Bermotif Rasialisme di Ferguson
9 Agustus polisi Darren Wilson menembak mati warga kulit hitam Michael Brown. Peristiwa ini menyulut kembali debat dan diskusi tentang rasisme di AS. Di kota Ferguson terjadi kerusuhan beberapa pekan. Ketika juri di pengadilan memutuskan tidak akan menuntut Wilson yang berkulit putih, banyak orang berdemonstrasi di 170 kota di AS menentang rasisme.
Lebih Banyak Pengungsi daripada Sebelumnya
Rekor menyedihkan tercapai di lautan. Tahun 2014 menurut PBB, hampir 350.000 orang menjadi pengungsi di lautan. Mereka lari akibat perang, pengejaran dan kemelaratan di negara asal mereka. Sekitar 207.000 berhasil mencapai Eropa lewat Laut Tengah. Dengan demikian jumlahnya hampir tiga kali lipat dibanding tahun 2011 yang jadi rekor terakhir, di mana jumlahnya hanya 70.000.
Salafi dan Pegida
Dua kelompok radikal yang belakangan ini mencuat aktifitasnya di Jerman dan jadi bahasan utama di kalangan menteri dan warga, adalah kelompok radikal islamis yang menamakan diri kelompok salafi serta gerakan anti Islam. Gerakan anti Islam menamakan diri patriotik Eropa menentang Islamisasi barat- "Pegida", yang diduga keras disetir kelompok Neonazi.