Ketegangan Sektarian Melonjak di Australia Usai Teror Gereja
17 April 2024Kota Sydney, Australia, diguncang aksi penusukan kedua dalam beberapa hari menyusul serangan terhadap seorang uskup dan pendeta Kristen-Asiria oleh seorang pemuda muslim, Senin (15/4).
Aksinya diwartakan berhasil dihentikan jemaat gereja. Menurut laporan stasiun televisi Ten Network, tersangka sempat berteriak "kalau mereka tidak menghina nabi kami, saya tidak akan datang ke sini!" sebelum tersenyum ke arah kamera, saat dibekuk pengunjung.
Amarah jemaat sempat membuncah. Pemuda itu mengalami "cedera berat" karena kehilangan sejumlah jari ketika berada dalam kekangan jemaat, menurut kepolisian Australia.
Video serangan menyebar cepat di media sosial dan memancing amukan massa yang lantas mengepung tempat kejadian perkara dan menuntut balas. Mereka melemparkan batu, botol dan pagar ke arah barikade kepolisian yang berusaha melindungi pelaku di dalam gereja. Dari arah masa, terdengar teriakan "mata dibalas mata" dan "keluarkan dia sekarang," berulang-ulang.
Kerusuhan selama beberapa jam itu menyisakan sejumlah korban luka, termasuk sejumlah petugas kepolisian yang harus mendapat perawatan medis.
Berbeda dengan serangan pisau di sebuah mall akhir pekan lalu, penusukan di Gereja Christ the Good Shepherd diduga oleh kepolisian bermotifkan agama dan niatan teror.
Banjir hasutan dan islamofobia
Ancaman konflik sektarian mendorong gereja menerbitkan pernyataan yang "menolak setiap tindakan balas dendam." Selasa (16/4), aparat keamanan disiagakan di masjid-masjid di Sydney, menyusul beredarnya ajakan kepada komunitas Kristen Asiria untuk menyerang warga muslim.
Polisi mengatakan, ketegangan di Sydney sudah meningkat sejak aksi penusukan yang menewaskan enam orang dan melukai beberapa orang lainnya terrmasuk seorang bayi berusia 9 bulan di mal Bondi Junction, Sabtu (13/4). Pelaku bernama Joel Cauchi diyakini mengidap gangguan mental. Dia ditembak mati oleh polisi di tempat kejadian perkara.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Setelah teror gereja di Sydney, Perdana Menteri Anthony Albanese mengimbau warga untuk tidak main hakim sendiri. "Kami memahami kekecewaan dan kekhawatiran anggota komunitas Kristen-Asiria, terutama setelah insiden tragis di Bondi Junction," kata dia kepada reporter.
"Tapi, tidak bisa dibenarkan menghalangi kepolisian dan melukai petugas yang sedang menjalankan kewajibannya, atau merusak mobil polisi seperti yang kita saksikan semalam," imbuhnya.
Guncangan bagi komunitas Asiria
Teror penusukan menyisakan trauma bagi minoritas Kristen-Asiria di Australia yang kebanyakan melarikan diri dari kekerasan di di kampung halaman. "Bagi anggota komunitas kami yang melarikan diri dari perang, menyaksikan serangan ini menghidupkan kembali ingatan dan trauma yang mereka ingin lupakan," kata Ramsin Edward, anggopta Dewan Nasional Asiria di Australia, ANCA.
Sejak serangan itu, Edward rajin menemui jemaat gereja untuk mendengarkan dan memahami amarah warga yang menyisakan kerusakan dan korban luka pada Senin malam lalu. Menurutnya, ketakutan terbesar massa yang mengamuk adalah keselamatan pengunjung lansia, yang sebagian punya tali saudara.
"Komunitas Kristen-Asiria tidak selayaknya takut untuk pergi ke gereja," kata Edward kepada AFP.
Insiden pada Senin malam mendorong pemuka agama dan kepolisian di Sydney berkeliling menyerukan damai demi mencegah kekerasan sektarian.
Kristen Ortodoks Asiria termasuk dalam Gereja dari Timur dan banyak dianut oleh bangsa Asyur yang tersebar di Irak, Suriah, dan Turki. Sebagian hidup sebagai diaspora dalam suaka. Di Australia, penganut Kristen Asiria ditaksir berjumlah puluhan ribu orang.
Kontroversi Mari Emmanuel
Di media sosial, Gereja Christ the Good Shepherd mengumumkan bahwa korban penusukan sudah berada dalam kondisi stabil dan perlahan "membaik." Korban adalah Uskup Mari Emmanuel yang lahir di Irak dan memiliki 200.000 pengikut di media sosial, melampaui jumlah penganut Kristen Asiria di Australia.
Emmanuel dikenal aktif menyuarakan pandangannya dan gemar berpolemik. Di satu sisi, dia mendukung kristenisasi dan bersikap kritis terhadap liberalisme agama, namun di sisi lain dia juga mengecam kehancuran di Jalur Gaza dan penderitaan warga Palestina.
Namanya kian tenar ketika dia menolak protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 pada 2022 dan menyebut pembatasan sosial sebagai "perbudakan modern."
Menurut laporan media-media nasional, pelaku penusukan di Sydney kemungkinan mempermasalahkan video Emmanuel dalam sebuah acara podcast yang dipandu tokoh konservatif Amerika Patrick Bet-David, pada Desember 2023.
Di dalamnya, dia mempertanyakan keyakinan umat muslim seputar Nabi Isa dan mengatakan, "hanya Yesus Kristus yang akan menyambut manusia di surga," bukan Nabi Muhammad, Buddha atau Krishna, merujuk pada penganut Hindu.
rzn/as (afp, rtr, ap)