Ketegangan Baru antara Israel dan Mesir
20 Agustus 2011Rangkaian serangan berdarah memicu gelombang kekerasan baru dan ketegangan dalam hubungan antara Mesir dan Israel. Setelah Mesir mengancam akan menarik duta besarnya dari Israel, pemerintah di Yerusalem secara resmi meminta maaf atas tewasnya lima polisi perbatasan Mesir Kamis malam (18/8). Seperti yang dilaporkan pemancar televisi pemerintah Mesir, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak menyatakan penyesalannya bahwa polisi perbatasan Mesir tewas dalam baku tembak antara militer Israel dan militan Palestina pada perbatasan Israel-Mesir. Sebelumnya ekstremis Palestina menewaskan delapan warga Israel dan melukai 31 lainnya dalam berbagai serangan Kamis lalu (18/8) di Israel Selatan.
Harian Israel 'Jerusalem Post' juga mengutip Barak dengan pernyataan yang sama. Selanjutnya Barak menegaskan bahwa kesepakatan perdamaian antara Israel dan Mesir secara strategis sangat penting bagi stabilitas Timur Tengah. Menurut media, Barak menjanjikan pemeriksaan bersama mengenai kasus itu dengan militer Mesir. Pemerintah Mesir memang sebelumnya menuntut permintaan maaf secara resmi dari Israel dan pemeriksaan insiden maut tersebut.
Mesir tidak akan kembali pada kebijakan luar negeri Mubarak
Pakar Timur Tengah Uzi Rabi, profesor di Universitas Tel Aviv menyebut reaksi itu sebagai perubahan mendasar dalam hubungan kedua negara: „Mesir tidak akan melewatkan peluang untuk mendidik kembali Israel. Karena pimpinan yang baru di Kairo ingin memperlihatkan dengan jelas bahwa mereka ingin memperbarui hubungannya dengan Israel. Dalam kebijakan luar negerinya, Mesir tidak akan kembali lagi pada kebijakan Mubarak. Israel harus menyadari bahwa Timur Tengah kini dalam proses perubahan."
Menurut pemancar televisi pemerintah Mesir, pemerintah transisi Mesir menarik duta besarnya di Israel, tetapi seorang jurubicara Menlu Israel, Jigal Palmor mengatakan, pemerintah Israel belum mendapat informasi dari Mesir mengenai hal itu. Kementerian Pertahanan Israel memang tampaknya berupaya untuk menenangkan kemarahan Mesir, tetangga Arabnya yang terpenting. Sejak tahun 1979, Mesir adalah negara Arab pertama yang melakukan kesepakatan perdamaian dengan Israel.
Abbas desak DK PBB untuk bersidang
Sementara itu Israel masih terus melancarkan serangan udaranya di Jalur Gaza. Saeb Erekat, penasehat Presiden Palestina mengatakan: „Presiden Abbas telah meminta agar Dewan Keamanan PBB segera bersidang. Pembantaian rakyat kami di Jalur Gaza harus dihentikan. Lima belas orang tewas, banyak di antaranya anak-anak, 45 orang terluka. Kami mendesak masyarakat internasional untuk mengupayakan agar konflik ini berakhir."
Hari Minggu ini (21/8) Liga Arab melakukan pertemuan darurat di Kairo untuk membicarakan serangan balasan masif Israel di Jalur Gaza. Kelompok Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza menyatakan menghentikan gencatan senjata yang diberlakukan sejak awal 2009. Menurut keterangan media, ekstremis membalas serangan Israel dengan menembakkan sekitar 45 roket dan granat buatan sendiri ke wilayah Israel. Selanjutnya dilaporkan, sedikitnya sebelas orang cedera akibat serangan itu.
Sementara itu, ribuan warga Mesir di Kairo berdemonstrasi hari Sabtu (20/8) menuntut pengusiran duta besar Israel dari Kairo. Petasan diledakkan di depan kedutaan besar Israel di Kairo dan slogan-slogan anti-Israel diteriakkan. Militer Mesir menjaga gedung kedubes dengan panser-panser.
Christa Saloh-Foerster/dpa/afp
Editor: Carissa Paramita