1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kemenangan Hamas dalam Pemilu Palestina

26 Januari 2006

Hasil pemilu Palestina merupakan guncangan politik yang bisa mengubur upaya perdamian dengan Israel.

https://p.dw.com/p/CJeo
Pendukung Hamas merayakan kemenangan
Pendukung Hamas merayakan kemenanganFoto: AP

Seperti yang diperkirakan, sekaligus dikhawatirkan banyak pihak, Hamas mencatat hasil signifikan dalam pemilu yang berlangsung hari Rabu (25/01) di Palestina. Hasil akhirnya memang masih harus ditunggu. Tetapi bisa dipastikan, perolehan suara Hamas menghalangi gerakan Fatah kembali meraih mayoritas yang mendominasi pemerintahan Palestina.

Kunjungan pejabat tinggi Fatah Hussein al-Sheik kepada Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menandai pengakuan resmi pertama oleh Fatah bahwa mereka kalah. Hamas mengklaim kemenangan dalam pemilu, namun tetap bertekad melanjutkan perjuangan melawan Israel. Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan, kelompoknya memenangkan lebih dari 70 kursi di daerah pemilihan Gaza dan Tepi Barat yang berarti lebih 50 persen dari total suara. Pernyataan Haniyeh berdasarkan pada keterangan wakil-wakil Hamas di tempat-tempat penghitungan suara.

Beberapa jam setelahnya, PM Palestina Ahmad Qorei dari Fatah beserta kabinetnya menyatakan mundur. Qorei beralasan, ia membuka jalan bagi pencalonan PM yang baru. Ia juga mengimbau semua pihak agar menghormati keputusan para pemilih Palestina. Hamas yang harus membentuk pemerintahan baru, kata Qorei.

Langkah yang diambil PM Ahmad Qorei menguatkan analisa sementara pihak, bahwa kekalahan Fatah yang mengejutkan dalam pemilu hari Rabu lalu, merupakan buah dari satu dekade pemerintahan Palestina yang ditandai suburnya praktek korupsi, kegagalan memajukan perdamaian dengan Israel dan perpecahan di tubuh Fatah sendiri.

Di lain pihak, jaringan kerja amal yang dibangun Hamas di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang serba kekurangan, melejitkan pula popularitas organisasi radikal itu. Adel Al-Helo, seorang penjaga toko berusia 41 tahun di Gaza mengatakan, Hamas menang bukan karena rakyat mencintainya, tetapi karena rakyat membalas dendam atas tahun-tahun dimana Fatah mendominasi pemerintahan dan parlemen.

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyatakan, pihaknya berencana segera melakukan perundingan dengan Fatah untuk menempa kemitraan politik. Tema itu akan menjadi salah satu prioritas Hamas di masa depan, kata Haniyeh. hamas juga akan memulai pembicaraan dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas, Fatah dan partai lain untuk menyusun pemerintahan. Namun seorang pejabat Fatah mengatakan, Fatah menolak tawaran koalisi apapun dan memilih untuk menjadi oposisi.

Kemenangan Hamas disambut getir oleh barat. UE membungkusnya lewat pernyataan siap bekerja dengan pemerintah manapun juga yang menggunakan cara-cara damai. AS dan Italia memilih berterusterang. PM Italia Silvio Berlusconi menyebut kemenangan Hamas sebagai hasil yang sangat, sangat, buruk. AS menegaskan tidak akan merubah sikap, Washington tidak akan berunding dengan Hamas. Sementara pemerintah Israel segera melangsungkan pertemuan darurat.

Dari arena Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Sekjen PBB Kofi Annan menyampaikan selamat pada rakyat Palestina atas pemilu yang berlangsung lancar dan damai. Menanggapi hasil pemilu, Annan berkomentar, kelompok apapun yang ingin ikut ambil bagian dalam politik yang demokratis harus melucuti senjatanya.