Kelanjutan Hubungan Mesir Dengan Dunia Barat
4 Januari 2011Harian Spanyol El Periodico de Catalunya yang terbit di Barcelona berkomentar tentang serangan teror terhadap warga Kristen Koptik di Aleksandria Mesir :
"Mesir menyombongkan diri sebagai negara besar yang stabil di kawasan yang kerap tidak stabil, mengalami ketegangan dan kekerasan. Ini pendapat Presiden Husni Mubarak yang berkuasa sejak 30 tahun berkat dukungan negara barat, khususnya Amerika Serikat. Mubarak menyebarkan ajaran Islam yang secara teori bertujuan untuk mengerem fundamentalisme agama. Tetapi semua tindakan pencegahan tidak bisa menghindari kondisi Mesir yang memanas. Neraca buruk dalam urusan HAM, korupsi, usaha mewujudkan rezim dinasti, penipuan dalam pemilihan parlemen terakhir dan tidak adanya perlindungan bagi kaum minoritas seperti Kristen Koptik, menjadikan Mesir sebagai negara yang mudah tersulut."
Harian Italia yang konservatif Corriere della Serra menulis tentang dampak kejadian di Mesir terhadap situasi politik negara itu :
"Dalam kasus pembunuhan massal di Aleksandria, pelaku mungkin tidak hanya bermaksud menyerang umat Kristen, tetapi juga meledakkan bom waktu yang berada di bawah tahta presiden Husni Mubarak. Sehingga, pemilihan presiden 2011 mendatang tidak terkesan lagi sebagai sebuah formalitas. Apakah Husni akan menyerahkan tongkat kekuasaan kepada puteranya Gamal, seperti yang dilakukan para raja Fir'aun? Atau akankah pria berusia 82 tahun ini akan membiarkan dirinya terpilih kembali, sehingga jika ia meninggal anaknya Gamal akan menggantikannya secara otomatis? Atau akankah jenderal berpengaruh dan pengikut setia Mubarak, Omar Suleiman yang menggantikan posisinya? Satu hal sudah jelas : Walau pun sekarang ini masalahnya tentang warisan jabatan dan bukan pembunuhan, pertarungan politik tetap akan berjalan keras. Dan perang berunsur agama bisa menjadi sumbu api bahan peledak."
Terakhir komentar harian independen Perancis Le Monde yang mempertanyakan hubungan Mesir dengan negara-negara barat usai serangan tersebut :
"Mesir adalah sekutu setia Amerika Serikat. Namun, terhadap warga Kristen Koptik, yang menjadi korban serangan terparah dalam sejarah, negara Mesir hanya menanggapinya dengan pelayanan yang minimal. Mitra Eropa dan Amerika yang menganggap diri mereka sebagai pembela nilai-nilai dasar, tidak bebas dari tuduhan bermuka dua. Sekutu Mesir Amerika dan Eropa mentolerir penipuan pemilihan bulan November lalu, dimana kursi di parlemen Kairo bersih dari pihak oposisi. Baik mereka yang berhaluan Islam konservatif mau pun nasionalis. Namun, kemarahan pihak barat akan serangan terhadap umat Kristen di Mesir setelah ketidakpedulian akan pembunuhan terarah terhadap umat Kristen di Irak adalah bukti nyata 'kebohongan' mereka. Di Eropa dan Amerika Serikat, Islam dianggap sebagai tantangan umum dan sikap tidak toleransi terhadap umat muslim bertambah. Ini hanya akan membantu perang suci global terhadap kaum kafir di dunia maya. Kaum Kristen di kawasan Timur hanya bisa dilindungi, jika orang tidak jatuh dalam jebakan Al Qaida."
Vidi Legowo-Zipperer/ dpa
Editor : Hendra Pasuhuk