Kecanduan Mesin Judi di Kalangan Imigran
1 November 2012Dua setengah detik diperlukan hingga tiga gambar baru muncul di mesin slot atau mesin judi. Kembali tidak menang. Jumlah koin bermain mesin slot semakin berkurang. Ratusan kali ini dialami Can. Tapi ia sempat tidak bisa berhenti bermain selama berbulan-bulan. "Ada hari-hari dimana saya hanya bermain seharian. Kadang tujuh jam tanpa henti." Can, bukan nama sebenarnya, tidak ingin identitasnya terungkap.
Ia kecanduan judi setahun yang lalu. Pria asal Turki berusia 23 tahun ini dulu tidak memiliki pekerjaan. Bersama dengan pejudi lainnya, ia bermain di bagian kota lain. "Di tempat yang tidak ada yang mengenal saya." Can malu orangtua dan teman-temannya akan tahu tentang kecanduannya.
Tidak ada obat penyembuh kecanduan berjudi
Ini bukan masalah baru bagi Abuzer Cevik penasihat para pecandu. Penasihat yang bisa berbicara dalam bahasa Turki ini jarang berhasil meyakinkan migran, untuk mengikuti terapi yang bisa mengatasi kecanduan berjudi. "Mereka takut keluarganya tahu dan mereka tidak mau mengaku dirinya 'sakit'." Dan jika mereka bersedia dibantu, bentuk bantuannya pun tidak sesuai dengan keinginan mereka. Nida Yapar dari kantor pencegah kecanduan di Hamburg bercerita: "Mereka pikir, ada obat pil dan rasa kecanduan akan hilang begitu saja."
"Bagi para migran, kecanduan adalah tema tabu. Khususnya di kalangan pria dari kawasan Timur, seperti Turki dan Mesir. Mereka menganggapnya sebagai kelemahan karakter. Yapar menambahkan, "Mereka tidak ingin tampil sebagai orang yang gagal. Mereka ingin menjadi kaya seperti yang diharapkan dari keluarganya". Karena itu, lebih banyak yang memilih berhutang untuk menutupi kekalahan judi, dibandingkan mengakui kecanduan judi.
Keluarga dan teman menjaga jarak
Can juga pernah kehilangan semua uangnya di mesin slot. Ia harus meminjam uang dari keluarganya tanpa mengungkap alasannya. Tapi banyak yang sudah tahu. Ia kehilangan kekasihnya, ibunya hendak mengusirnya dari rumah, bahkan sahabatnya, Cem, juga sempat tidak mau lagi berhubungan dengan Can.
Can tinggal di Billstedt, sebuah kawasan di kota Hamburg. 20 persen warganya bergantung pada tunjangan negara. Banyak migran yang tinggal di sana. Kaum muda tidak memiliki lapangan kerja. Kegiatan di waktu luang juga tidak banyak tersedia. Yang banyak ditemukan di sana adalah tempat berjudi.
Snack gratis dan ruangan hangat
"Mereka di sana bertemu dengan teman, mengobrol, mendapat makanan kecil dan minuman gratis", kata penasihat masalah kecanduan Cevik. Arena judi atau kantor taruhan dianggap sebagai tempat bertemu dimana orang merasa nyaman. Tempat semacam itu selalu terbuka dan memiliki pemanas ruangan. 10 persen remaja keturunan migran memasang taruhan olahraga secara rutin. Dua persen menghabiskan uang jajannya di mesin slot. Ini hasil penelitian kantor pencegahan kecanduan di Hamburg. Secara keseluruhan ada setengah juta pencandu judi di seluruh Jerman.
Murat Gözay dari perhimpunan Turki di Hamburg (TGH) khawatir akan perkembangan ini. "Kami butuh tempat konsultasi bagi imigran yang kecanduan judi, supaya mereka mendapat bantuan." Saat ini TGH tengah mengusahakan dana dari dinas kesehatan Hamburg bagi bagian kota Billstedt. Namun Gözay juga tahu, tanpa keterlibatan pengelola tempat berjudi, upaya ini tidak akan berhasil. Menurut Gözay, mereka harus menempelkan lembaran informasi tentang tawaran konsultasi bagi kecanduan judi.
Bekerja membuat cepat lelah
Bagi Cem, sahabat korban judi Can, yang penting adalah "memberikan perspektif bagi anak-anak dan remaja, menawarkan lapangan kerja, supaya mereka tidak luntang-lantung di jalanan." Can membenarkannya. Sejak beberapa bulan, Can bekerja sebagai pengantar barang. Ia semakin jarang datang ke tempat berjudi. "Seringnya saya kelelahan setelah bekerja. Saya hanya ingin pulang ke rumah dan tidur."