Kaum Muda Iran Tidak Mau Cepat Nikah
4 Februari 2013Hukum Islam di Iran berlaku untuk segala bidang, dan pemerintah menerapkannya dengan sanksi keras bagi para pelanggarnya. Tetapi undang-undang yang ketat ini ternyata tidak menggambarkan kehidupan yang sebenarnya. Terutama kaum muda di Iran mencari bentuk kehidupan baru yang lebih cocok bagi mereka.
Pasangan yang tidak menikah, tidak diijinkan hidup di bawah satu atap. Tapi di kota-kota besar dan di kalangan mahasiswa, banyak pasangan yang hidup bersama. Seorang pegawai di balaikota Teheran mulai mengeritik apa yang disebutnya sebagai ”bentuk perkembangan masyarakat modern”, demikian diberitakan kantor berita Iran, ILNA.
Atefeh, wanita berusia 22 tahun dan sedang kuliah jurusan insinyur pembangunan di Amol, sebuah kota kecil di utara Iran. Sejak dua tahun dia tinggal bersama pacarnya, begitu dia bercerita kepada Deutsche Welle. ”Tentu saja tidak semua orang tahu, bahwa dia tinggal dengan saya. Teman-teman kami tahu, tapi sebagian besar teman kami juga tinggal dengan partnernya.”
Memang tidak ada aturan hukum yang jelas tentang pasangan yang tidak menikah dan hidup bersama. Yang diancam dengan sanksi hukum adalah hubungan seksual diluar pernikahan. Mereka yang melanggar aturan itu bisa mendapat hukuman cambuk dan masuk penjara selama bertahun-tahun. Walaupun demikian, Atefeh mengatakan: ”kami siap menghadapi resiko itu”.
Biasanya para tetangga dan warga yang pro pemerintah yang ikut memperhatikan, siapa saja yang masuk keluar rumah. Kalau ada kecurigaan, mereka melaporkannya pada orang tua atau pada aparat. Tapi Atefeh tidak khawatir pada orang tuanya. ”Orang tua saya sudah tahu, jadi saya tidak terlalu takut seperti banyak teman saya yang lain, karena keluarga mereka belum tahu.” Tetap saja dia takut ada orang yang mengadukan mereka: ”Kami selalu hati-hati dan waspada. Kalau mau keluar rumah, kami selalu perhatikan bahwa tidak ada orang yang mengamati.”
Perubahan diam-diam
Pakar sosiologi Iran yang tinggal di Paris, Said Peyvandi, menyebut bentuk hidup bersama ini sebagai ”kawasan abu-abu masyarakat Iran, yang belum banyak diteliti, karena bertolak belakang dengan wacana resmi pemerintah dan nilai-nilai tradisional”. Kalau melihat perkembangan masyarakat Iran pada 25 tahun terakhir, jelas Peyvandi kepada DW, maka bisa diperhatikan ”telah terjadi perubahan demografis dan sosiologis yang besar."
Menurut Peyvandi, perubahan dalam 25 tahun terakhir ini terutama terlihat dalam tiga fenomena besar. Terjadi penurunan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup besar, terjadi peningkatan usia rata-rata pada pernikahan dan ada peningkatan jumlah keluarga kecil. Belum pernah sebelumnya ada demikian banyak kaum muda yang belum menikah. Sementara angka perceraian juga terus naik.
Sahebe berusia 26 tahun. Dia menyelesaikan kuliah arsitektur dan kini bekerja di Teheran sebagai pembuat mebel. Sejak empat tahun wanita ini hidup sendiri, tapi dia juga sudah pernah hidup bersama dengan pasangannya. Kehidupan seperti itu punya potensi konflik yang besar, kata dia. ”Masalahnya, masyarakat ini tiba-tiba mandek antara tradisi dan modernitas. Di satu pihak, kita hidup modern dan sering berganti pasangan. Di lain pihak, kita masih menyimpan pola dan cara pikir tradisional. Ini yang sering membawa konflik.”
Peyvandi mengatakan, upaya pemerintah untuk menghentikan kecenderungan kaum muda hidup bersama tanpa nikah tidak akan berhasil. ”Ada kebutuhan besar pada generasi muda untuk kemandirian dan kebebasan.” Atefeh menyambut perkembangan ini. Sekalipun ada hambatan dan resiko, dia ingin mempertahankan kemandiriannya. ”Saya pikir pemerintah juga tahu ada kecenderungan semacam ini dan mungkin mereka juga mentoleransi tindakan ini. Banyak sekali masalah yang sedang dihadapi negara kami, jadi mereka mungkin lebih senang kami memikirkan hidup bersama daripada memikirkan hal-hal lain."