Kasus Kematian COVID-19 di Brasil Tembus 20 Ribu
22 Mei 2020Lebih banyak kaum muda yang dilaporkan meninggal karena COVID-19 di Brasil dibandingkan dengan negara lain. Kecenderungan ini tak hanya didorong karena demografi Brasil – populasi yang lebih muda – tetapi juga kemiskinan dan kebutuhan akan pekerjaan.
Brasil yang memiliki polulasi 210 juta jiwa ini mengalami lonjakan kasus COVID-19 dalam beberapa hari terakhir, melesat ke peringkat ketiga negara dengan kasus positif COVID-19 terbanyak di dunia di bawah Amerika Serikat dan Rusia.
Hingga berita ini diturunkan sedikitnya 20.000 kasus kematian dilaporkan di sana.
Data COVID-19 yang ada Brasil memunculkan pertanyaan bahwa apakah benar selama ini COVID-19 lebih bebahaya bagi orang tua. Di Brasil, 69 persen kasus kematian berasal dari pasien berusia 60 tahun atau lebih, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Spanyol dan Italia yang mencatat statistik 95 persen.
Perbedaan ini sebagian didorong oleh usia populasi secara keseluruhan: Hanya 13,6 persen populasi Brasil berusia 60 tahun atau lebih, dibandingkan dengan 25 persen di Spanyol dan 28 persen di Italia.
Tetapi data demografi saja tidak bisa dijadikan kesimpulan akhir.
"Karena Brasil memiliki populasi yang lebih muda, itu normal untuk jumlah kasus menjadi lebih tinggi di bawah 60-an. Tapi itu juga karena kaum muda mengabaikan anjuran tetap di rumah," ujar Mauro Sanchez, seorang pakar epidemiologi dari Universitas Brasilia.
"Kaum muda tidak merespons virus secara berbeda. Itu karena mereka lebih terekspos," papar Sanchez kepada kantor berita AFP.
"Apa yang salah adalah bahwa banyak orang yang mengekspos diri mereka terhadap virus karena mereka tidak punya pilihan."
Memilih tetap bekerja
Pada awal April, statistik menyebutkan kasus kematian COVID-19 dengan usia di bawah 60 tahun hanya 19 persen, namun pada pekan ini angka tersebut melonjak menjadi 31 persen.
Penelitian yang didasarkan pada pelacakan lokasi ponsel menunjukkan bahwa hanya sedikit orang Brasil yang tetap berada di dalam rumah.
Ancaman reseki ekonomi yang menghantui Brasil dinilai menjadi penyebab mengapa para kelompok pekerja tetap beraktivitas. Padahal, populasi usia kerja tidak kebal terhadap virus corona.
Sekelompok ilmuwan memperkirakan bahwa kasus positif COVID-19 di Brasil bisa mencapai lebih dari 3,6 juta orang, 10 kali lipat dari angka resmi yang dilaporkan saat ini.
Kasus infeksi terbanyak diperkirakan terjadi pada kelompok usia 20 hingga 29 tahun dan 30 hingga 39 tahun, dengan masing-masing lebih dari 580.000 infeksi, dua kali lipat dari mereka yang berusia 60 hingga 69 tahun.
"Statistiknya mengkhawatirkan, karena kita dapat melihat bahwa akhir-akhir ini kaum muda tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan," kata Patricia Canto, seorang ahli paru di Sekolah Nasional Kesehatan Masyarakat.
Di Brasil, sebanyak 20 persen penduduknya hidup miskin dengan penghasilan kurang dari $ 5,50 sehari atau setara dengan Rp 80 ribu. Mereka pun terpaksa memilih untuk tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Selisih paham
Meskipun penyebaran virus corona di Brasil mengkhawatirkan, Presiden Jair Bolsonaro pada hari Kamis (21/05) melanjutkan seruannya untuk menghentikan lockdown yang dianggap membuat perekonomian negaranya menjadi lesu.
Dilaporkan hampir semua dari 27 negara bagian di Brasil tengah menerapkan kebijakan lockdown, meskipun pemerintah pusat sudah mulai menerapkan pembatasan sejak akhir Maret lalu.
Dalam sebulan terakhir Brasil telah kehilangan dua Menteri Kesehatannya setelah mengundurkan diri karena berselisih paham dengan Bolsonaro dalam mengendalikan pandemi COVID-19. Kini jabatan tersebut diisi oleh Plt. Interim Jenderal Eduardo Pazuello menggantikan Nelson Teich yang mengundurkan diri pekan lalu.
rap/gtp (AFP)