1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Sempat Turun, Angka Kasus Corona di Jakarta Naik Lagi

28 Mei 2020

Angka reproduksi penularan virus corona (Rt) di Jakarta sempat menurun di bawah 1, namun kini kembali naik. Perlu waktu 14 hari angka Rt bertahan di bawah 1 untuk menyimpulkan virus corona di suatu wilayah terkendali.

https://p.dw.com/p/3cs4g
Jakarta
Foto: AFP/B. Ismoyo

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut angka reproduksi penularan virus corona di Jakarta sempat turun. Namun ternyata, angka Rt itu kemudian naik lagi di waktu selanjutnya. Ini harus menjadi perhatian khusus Gubernur Anies Baswedan dan jajaran Pemprov DKI Jakarta.

"Rt Jakarta pernah di bawah 1 tapi terus naik lagi di (angka) 1," kata anggota tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan kepada detikcom, Kamis (28/05).

Tim FKM UI merupakan pihak yang menghitung angka reproduksi di Jakarta, hasilnya kemudian disodorkan ke Gubernur Jakarta Anies Baswedan. Angka Rt di bawah 1 berarti menunjukkan penyebaran virus Corona sudah terkendali. Namun, angka Rt 1 pada satu hari saja tidaklah cukup menjadi dasar untuk mengakhiri pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Perlu dua pekan angka Rt bertahan di bawah 1 untuk menyimpulkan suatu wilayah sudah mempunyai kondisi penyebaran virus corona yang terkendali.

"Perlu Rt di bawah 1 selama 14 hari, baru kita bisa katakan penyebaran penyakitnya sudah menurun dan mulai pengurangan PSBB secara bertahap. Ukurannya 14 hari karena masa penularan virusnya bisa maksimal 14 hari," kata Iwan.

Angka orang yang tinggal di rumah (stay at home) selama masa PSBB di Jakarta dinilai tim FKM UI sempat menunjukkan tren positif. Namun kemudian, angka orang yang tinggal di rumah menurun pada bulan puasa.

Angka reproduksi (Rt) bukan satu-satunya indikator untuk pelonggaran PSBB. Iwan mengingatkan, keputusan pelonggaran PSBB juga perlu memperhatikan indikator kesehatan masyarakat dan kesiapan fasilitas kesehatan masyarakat.

Angka reproduksi menjadi ukuran tingkat keparahan penyebaran penyakit menular (epidemi). Ada dua jenis angka reproduksi, yakni R0 dan Rt. R0 biasa disebut R nought, adalah lambang angka reproduksi dasar (basic reproduction number), angkanya merupakan perkiraan penularan penyakit. R0 adalah angka rata-rata kasus sekunder yang diakibatkan oleh satu kasus primer sepanjang periode penularan dalam masyarakat yang rentan.

Rt atau R(t) adalah angka reproduksi efektif (effective reproduction number). Rt didefinisikan sebagai angka rata-rata aktual dari kasus sekunder per kasus primer pada waktu kalender. Letak perbedaan R0 dan Rt ada pada rentang waktu (t). Rt bersifat lebih aktual dibanding R0 karena Rt menggambarkan angka reproduksi per jangka waktu yang ditentukan. Bila Rt<1, maka epidemi sedang turun dan sudah terkendali, khusus pada waktu itu saja. Bila Rt>1, artinya epidemi sedang naik dan tidak terkendali, khusus pada waktu itu saja.

"Jadi Rt memang indikator yg baik untuk menilai perjalanan wabah tetapi bukan indikator praktis dan harus digunakan secara hati-hati. Rt menjadi tidak akurat jika dihitung di kabupaten/provinsi yang jumlah kasus dan/atau jumlah tesnya masih sedikit," kata Iwan.

Check point tidak aktif

Menanggapi ini, fraksi Golkar DPRD DKI Jakarta menyoroti check point yang tak aktif.

Ketua Fraksi Golkar DKI Jakarta Basri Baco awalnya menanggapi sinyal Gubernur DKI Anies Baswedan yang akan mengakhiri PSBB pada 4 Juni apabila kasus corona terkendali. Baco menilai kasus Corona di Jakarta masih naik-turun sehingga belum saatnya dilakukan pelonggaran.

"Kita itu belum waktunya untuk dibuka karena masih turun-naik, turun-naik. Apalagi protokol kesehatannya, penindakannya masih setengah hati. Masih 'angat-angat tahi ayam', masih kadang-kadang ditindak, kadang tidak. Check point-check point coba diperiksa, apa masih berlaku nggak ada," kata Baco saat dihubungi, Rabu (27/05).

Baco mengatakan ada beberapa check point di Jakarta hanya beroperasi pada pagi hari. Seperti yang terjadi di check point Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.

"Sudah hampir yang fase terakhir ini nggak diterapkan, kalau diterapkan hanya sejam dua jam, setelah itu kosong lagi, check point DKI. Coba perhatikan beberapa titik, contoh Proklamasi. Itu nggak sesuai dengan protap yang sudah disepakati," katanya.

"Yang saya lihat check point Proklamasi itu hampir seminggu-dua minggu ini tidak berlaku. Pagi hanya sebentar beberapa jam habis itu tidak ada lagi pemeriksaan lagi kayak dulu. Waktu di awal dulu ketat itu, pagi sampai sore. Coba cek check point di beberapa titik yang ada di Jakarta sama nggak kira-kira, seperti di Proklamasi, ya kalau nggak, ya susah. Kita memang paham lah ketersediaan personil dan lain-lain. Kalau ada aturan dibikin tapi nggak ada penegakan ya susah, percuma juga," imbuhnya.

Diketahui, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendata penambahan kasus positif harian. Sempat turun selama tiga hari, kini kasus harian di Jakarta kembali meningkat dengan 137 kasus baru.

Dilihat dari situs informasi resmi milik Pemprov DKI Jakarta, corona.jakarta.go.id, total kasus positif Corona di DKI Jakarta sebanyak 6.826. Data tersebut merupakan data per Rabu (27/05) pukul 09.00 WIB.

Pada Selasa (26/5), kasus positif di Jakarta sebanyak 6.689 kasus, sehingga terjadi kenaikan atau ada kasus baru sebanyak 137. (rap/pkp)

Baca selengkapnya di: DetikNews

Angka Reproduksi Corona DKI Sempat di Bawah 1 tapi Naik Lagi

Kasus Baru Corona Naik Lagi, Golkar Soroti Check Point Tak Jalan