Sumbangan bagi Gereja Katolik Berkurang
17 Oktober 2013Nama Tebartz van Elst sekarang membuat banyak anggota gereja yang kesal. "Memalukan!" kata seorang pria dari Bonn. Dia adalah anggota gereja yang mengaku rajin menyumbang. Tapi sekarang, dia tidak mau menyumbang lagi.
Uskup Limburg Tebartz van Elst punya gaya hidup mewah. Renovasi rumah dinasnya di Limburg menelan biaya lebih 30 juta Euro, padahalnya tadinya hanya dianggarkan sekitar 3 juta Euro. Tahun lalu, dia ke India untuk mengunjungi sebuah proyek sosial dan terbang dengan tiket kelas satu.
Sumbangan untuk Gereja Berkurang
Organisasi bantuan Gereja Katolik, Caritas, sekarang cemas skandal ini bisa membuat masyarakat segan menyumbang. Ketua Caritas Peter Neher mengatakan kepada radio Deutschlandfunk, "Saya mendapat surat dari banyak orang yang mengatakan, mereka tidak mau lagi menyumbang untuk proyek sosial, karena skandal pemborosan di Limburg".
Menurut Neher, Gereja Katolik saat ini mengalami krisis kepercayaan yang besar di tengah masyarakat. Sulit menghapuskan krisis kepercayaan ini. Ia menerangkan, uskup Tebartz van Elst telah menyebabkan "kerugian besar", yang sekarang dirasakan juga oleh Caritas sebagai sebuah organisasi Katolik.
Barbara Wiegand dari Misereor, sebuah yayasan Katolik yang bergerak di bidang bantuan pembangunan, mengatakan kepada Deutsche Welle, "Kami juga menerima surat dari orang-orang yang marah karena kejadian itu." Tapi ia tidak melihat dampak langsung pada sumbangan untuk Misereor. Juga tidak ada orang yang menyatakan akan menghentikan sumbangannya.
Berusaha Tetap Tenang
Johannes Seibel dari organisasi bantuan Missio juga menerangkan, sampai saat ini pihaknya tidak melihat jumlah sumbangan berkurang. "Para pendukung kami bisa membedakan, proyek apa yang dilakukan gereja di seluruh dunia dan apa yang terjadi di daerah Limburg". Ia menerangkan, memang ada diskusi tentang sepak terjang uskup Tebartz van Elst, tapi pekerjaan Missio tidak terganggu karena hal itu.
Organisasi bantuan Malteser juga belum mengamati dampak negatif. Jurubicara Maltetser Klaus Wallraf menerangkan, para penyumbang bisa membedakan, apa yang dilakukan organisasi bantuan dan apa yang terjadi di Limburg. "Saya tidak bisa membayangkan, bahwa keuskupan Limburg saat ini mendapat sumbangan," katanya kepada Deutsche Welle.
"Proyek untuk anak-anak pengungsi Suriah tetap akan mendapat sumbangan," kata Wallraf dengan yakin. Ia selanjutnya menerangkan, laporan keuangan organisasi bantuan dilakukan sangat transparan. Setiap penyumbang mendapat laporan keuangan itu. Menghadapi kasus Tebartz van Elst, Wallraf berharap semua orang tetap bisa menilai dengan jernih, proyek mana yang layak didukung.