Kandidat Hisbullah Menang, Aksi Protes Pecah di Libanon
26 Januari 2011Lalu lintas yang biasanya padat, mendadak kosong dan mencekam. Jalan raya bebas hambatan dari arah bandara menuju ke Beirut, lengang. Dari kejauhan terlihat datangnya kendaraan militer. Toko-toko ditutup lebih awal. Kafe-kafe dan restaurant sepi pengunjung. Ibukota Libanon seperti kota mati. Namun di Lapangan Syuhada di pusat kota berhimpun seribuan demonstran.
Di lapangan ini mereka mengenang enam tahun pembunuhan perdana menteri Rafik Hariri. Disini berkumpul para pengikut suni, kelompok gerakan 14 Maret yang pro barat , yang merupakan pendukung perdana menteri yang digulingkan, Saad Hariri, putra dari Rafik Hariri: „Kami di sini, berdemonstrasi menolak pengambilalihan Libanon oleh Hisbullah. Mereka akan menghambat pengusutan pengadilan internasional atas kematian Hariri. Kami mendukung Saad Hariri, satu-satunya yang berhak mengetahui siapa pembunuh ayahnya.“
Nama Hariri dielu-elukan, Hisbullah dicaci-maki. Hisbullah menolak pengadilan tribunal, karena khawatir orang-orangnya dituduh terlibat dalam pembunuhan Hariri. Juru bicara Hariri, Fares Sesaid tidak dapat menerima klaim dari kubu Hisbullah dan sekutunya bahwa kandidat mereka mendapat suara mayoritas di parlemen secara demokratis. Baginya ini bukan hitung-hitungan matematika: „Hisbullah mencoba untuk memaksakan pandangannya atas tribunal nternasional kepada pemerintaan baru. Bagi kami tribunal internasional memiliki arti sangat penting. Keadilan merupakan hal baru dalam bagian dunia kami dan kami ingin membantu membuat terobosan.”
Kawasan pemukiman Syiah di Beirut, tetap tenang. Namun di kawasan Suni aksi protes siang hari tak berjalan damai. Di jalanan bebatuan berserakan, tong sampah terbakar, para tentara yang dilengkapi panser berjaga-jaga. Seorang mahasiswi kaum Sunni dan pendukung Hariri mengatakan ini bukan perang saudara: "Perang saudara membutuhkan lawan. Pihak kami tidak menginginkan perang.”
Bagaimana Libanon dapat mencari jalan keluar dari krisis? Libanon menderita akibat ambruknya budaya politik. Juru bicara Hariri, Faris Sesaid mengakui masalah di negeri itu tidak bisa dipecahkan dengan cara damai maupun kekerasan: “Dibutuhkan solusi lewat campur-tangan regional dan internasional, bukan dengan cara Libanon sendiri.”
Ulrich Leidholdt / Ayu Purwaningsih
Editor : Agus Setiawan