Wartawan Kasta Dalit India Fokus pada Kaum Dipinggirkan
30 Juni 2023Meena Kotwal berasal dari keluarga pekerja kasar dan dibesarkan di lingkungan kasta Dalit di ibu kota India, New Delhi.
Dia menjadi jurnalis dan bekerja untuk beberapa media arus utama. Namun, pengalamannya sebagai jurnalis muda menyadarkannya bahwa sebagian besar masyarakat India terabaikan.
"Saya menyadari beban identitas Dalit saya di ruang redaksi media India di mana kebutaan kasta yang merajalela dinormalisasi,” katanya kepada DW.
"Kesenjangan ini mendorong saya untuk memulai platform media saya sendiri yang akan menceritakan kisah-kisah dari pinggiran [kasta] India," katanya.
Pada 2019, Kotwal meluncurkan platform berita online bernama Mooknayak, yang berarti "pemimpin orang yang tidak bersuara". Bersama dengan 14 jurnalis yang berasal dari berbagai kelompok sosial di India, Kotwal bertujuan menyoroti kisah Dalit dan kelompok terpinggirkan lainnya yang tidak dilaporkan di media arus utama.
Nama platform tersebut terinspirasi oleh arsitek konstitusi India B.R. Ambedkar. Dia menjalankan ruang redaksinya dengan sumbangan yang dia terima dari urun dana. Baru-baru ini, dia mendapatkan pendanaan dari Google News Initiative.
Portal berita itu menerbitkan artikel dalam bahasa Hindi dan Inggris untuk jangkauan yang lebih luas. Mereka juga membuat video untuk kanal YouTube mereka, bertujuan untuk meliput cerita yang tidak dilakukan orang lain, termasuk kekejaman dan ketidakadilan sosial yang dihadapi oleh kaum Dalit.
Kotwal menjalankan platform beritanya dari Pushpa Bhawa, lingkungan Dalit di Delhi, tempat dia dibesarkan.
Ruang redaksi berbasis kasta di India
Sistem kasta Hindu sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu dan menempatkan sekitar 300 juta Dalit di bagian paling bawah hierarki sosial.
Kasta atas menggunakan istilah meremehkan "tak tersentuh" untuk merujuk pada Dalit. Walau praktik tak tersentuh di India telah dilarang oleh konstitusi, Dalit masih mengalami diskriminasi dan kekerasan berbasis kasta.
Sebuah laporan yang dirilis pada Oktober 2022 oleh Oxfam dan portal berita digital India, Newslaundry, mengungkapkan representasi Dalit yang tidak proporsional di ruang redaksi India.
Menurut laporan tersebut, hampir 88% jurnalis di India berasal dari kategori umum atau kasta atas pada tahun 2019. Saat ini, persentase tersebut hampir tidak berubah.
Wartawan Dalit lainnya, Ashoka Das, mendirikan majalah bulanan dan portal berita Dalit Dastak, yang bertujuan menyebarkan kesadaran tentang masyarakat Dalit melalui berita dan media massa.
"Penjaga gerbang dari kasta atas tersebar luas di lembaga-lembaga India, termasuk peradilan dan akademisi. Media tidak terkecuali di sini," kata Das kepada DW.
Pengalamannya sebagai jurnalis Dalit di ruang berita India yang didominasi kasta atas membuat Das menyadari betapa identitasnya menciptakan batasan.
"Kamu tidak naik di atas pangkat tertentu. Kenaikan pangkatmu tertunda. Dan ini jelas karena identitas kastamu," katanya.
Tantangan bagi media Dalit
Pada 2012, Das meluncurkan Dalit Dastak untuk memberi ruang bagi isu-isu Dalit yang absen di media arus utama. Sejak itu, platform ini semakin populer, tetapi menghadapi tantangan yang masih ada seperti mencari dana dan mempertahankan tim yang stabil.
Selain dari portal media Dalit alternatif ini, muncul inisiatif media lain, seperti Round Table India, dan The Dalit Voice, yang melaporkan secara ekstensif tentang masalah Dalit dengan tujuan meningkatkan kesadaran warga India.
Menurut laporan Oxfam-Newslaundry, dari 121 posisi kepemimpinan ruang redaksi yang diperiksa, termasuk pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur eksekutif, kepala biro dan redaktur, 106 dijabat oleh jurnalis kasta atas.
Hanya lima yang dipegang oleh kasta lain, dan enam oleh jurnalis dari komunitas minoritas. Identitas empat orang yang lain tidak diketahui.
Harish Wankhede, seorang profesor di Universitas Jawaharlal Nehru di New Delhi yang penelitiannya berfokus pada kasta di media India, mengatakan liputan tentang masalah Dalit oleh media arus utama "mengganggu".
"Kebangkitan media Dalit sebagai alternatif sangat krusial dan penting untuk menantang narasi dominan media arus utama yang selalu mengubur liputan kekejaman pada Dalit dan perspektif Dalit dalam cerita mereka,” katanya kepada DW.
Dia menambahkan bahwa media Dalit menghadapi tantangan yang cukup besar dalam bersaing dengan pesaing yang memiliki dana besar.
"Untuk bersaing dengan media arus utama yang dijalankan oleh pengusaha kasta atas, media Dalit hampir tidak signifikan dan jalan yang harus ditempuh masih panjang."
Kembali ke Pushpa Bhawan, Kotwa sibuk di mejanya memikirkan bagaimana mengatur pembiayaan sebelum awal bulan depan. Dia berharap urun dana akan datang. Timnya termotivasi dan siap. yp/hp
Diedit oleh: Wesley Rahn