Jerman Deportasi Massal Pengungsi Afrika Utara
1 Maret 2016Bukan hari baik buat pengungsi asal Maroko dan Aljazair. Mereka yang datang ke Jerman dalam jumlah belasan ribu buat mengadu nasib itu kini terancam dipulangkan paksa. Pasalnya pemerintah di Rabat dan di Aljir sepakat menerima kembali warga negaranya yang mengungsi dengan alasan ekonomi ke Jerman.
Kesediaan Maroko dan Aljazair membuka jalan buat proses deportasi cepat oleh Jerman. Hal tersebut disepakati setelah Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Maizière berkunjung ke Rabat dan Aljir. Ia juga sedang menegosiasikan kesepakatan serupa dengan Tunisia. Pemerintah Jerman mengkategorikan Maroko, Aljazair dan Tunisia sebagai negara aman.
"Kami sepakat, bahwa sebanyak mungkin kelompok pengungsi ini harus dipulangkan dalam waktu cepat," tutur de Maizière. Pemerintah Maroko berjanji akan memproses kepulangan warganya dalam waktu 45 hari.
Identitas palsu sebagai warga Suriah
Menurut pemerintah Jerman, tahun lalu saja sebanyak 27.000 pengungsi asal Maroko dan Aljazair datang buat mencari suaka. Di antara mereka cuma segelintir yang berhak menerima perlindungan. Namun upaya deportasi tidak mudah, karena para pengungsi terbiasa melenyapkan identitas pribadi. Sebagian besar bahkan mengaku sebagai warga negara Suriah.
Kini dengan kesediaan negara asal, identitas pengungsi asal Afrika Utara bakal lebih mudah diketahui lewat sidik jarinya. Saat ini Jerman akan memulangkan kelompok pertama berjumlah 29 orang ke Maroko. Mereka diberikan paspor Laissez-passer oleh PBB untuk pengungsi yang tidak jelas negara asalnya.
Upaya Jerman menggandeng negara-negara Afrika Utara adalah salah satu upaya mengurangi tekanan terhadap kebijakan pengungsi pemerintah. Berlin terutama didesak mendeportasi pengungsi asal Maroko sejak insiden pelecehan seksual massal pada malam tahun baru di Köln.
"Tidak ada lasan kuat buat warga Maroko meminta perlindungan di Jerman," tutur jurnalis setempat, Aziz Alilou kepada harian Jerman, Die Welt. "Maroko termasuk negara Arab paling liberal. Tidak ada yang menghadapi represi. Mereka yang datang ke Jerman kebanyakannya cuma ingin kehidupan yang lebih baik," tukas dia.
rzn/yf (dpa,ap,welt)