Jerman Memulai Studi untuk Menyelidiki Rasisme di Kepolisian
12 Juni 2020Menyusul masifnya gelombang protes yang mengguncang Amerika Serikat (AS) dalam menentang rasisme dan tindak kekerasan oleh kepolisian, Kementerian Kehakiman dan Dalam Negeri Jerman telah memulai studi untuk menyelidiki apa yang sering disebut sebagai “profil rasial” di kepolisian Jerman.
Istilah profil rasial berarti penggunaan ras atau etnis sebagai alasan untuk mencurigai seseorang melakukan pelanggaran, biasanya dilakukan oleh lembaga penegak hukum.
Studi tersebut kini berada dalam tahap “pengembangan konseptual”, kata seorang juru bicara, Kamis (11/06).
“Kementerian Kehakiman Jerman berpandangan bahwa studi tentang profil rasial … adalah sebuah langkah penting untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang fenomena yang terjadi,” tambahnya.
Klaim ‘rasisme laten’ di Jerman
Keputusan untuk memulai studi tersebut muncul hanya beberapa hari setelah Saskia Esken, salah satu pemimpin partai SPD yang berhaluan kiri, mengklaim bahwa ada “rasisme laten di jajaran pasukan keamanan.”
“Puluhan ribu orang berunjuk rasa di seluruh dunia, karena kematian George Floyd akibat tindakan kepolisian yang tidak bisa diterima,” katanya kepada Funke Mediengruppe. “Meski begitu, para pengunjuk rasa di Jerman sejatinya juga melihat situasi yang sama di negara mereka sendiri,” tambahnya.
Sembari menuduh bahwa ada dugaan bias rasis terhadap kelompok-kelompok minoritas, Esken juga menekankan bahwa mayoritas petugas kepolisian sangat kritis terhadap kecenderungan semacam itu. Dia pun menganjurkan untuk mendirikan kantor independen yang akan bekerja menyelidiki keluhan terhadap perilaku polisi.
Komentar ‘rasisme laten’ dibantah sejumlah politisi
Komentar Esken yang mengklaim adanya ‘rasisme laten’ dibantah oleh beberapa pejabat senior lain, termasuk Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer.
Menteri Kehakiman Jerman Christine Lambrecht bahkan mengatakan bahwa pembentukan kantor baru untuk memproses pengaduan terhadap polisi akan berlebihan mengingat sudah ada departemen kepolisian yang menangani masalah serupa.
Lambrecht, yang juga merupakan bagian dari partai SPD mengatakan bahwa dirinya juga tidak melihat adanya “masalah rasisme struktural tertentu” di kepolisian.
Sementara, Friedrich Merz, politisi konservatif dari partai CDU juga lontarkan hal senada, mengatakan bahwa tidak ada “rasisme laten” di kepolisian Jerman.
Menurutnya, gambaran di Amerika tidak bisa satu per satu disamakan dengan Jerman. AS memiliki sejarah perbudakan dan gagal menyelesaikan “masalah diskriminasi rasial,” tetapi di Jerman hal tersebut berbeda, kata Merz.
Hukum Dasar Jerman sejatinya telah secara tegas melarang diskriminasi terhadap “jenis kelamin, asal usul, ras, bahasa, warisan budaya, kepercayaan, dan pandangan agama atau politik.”
Namun, pada tahun 2018, seorang hakim Jerman memutuskan bahwa pihak berwenang dapat menggunakan warna kulit sebagai kriteria dalam pekerjaannya, yaitu “ketika polisi memiliki indikasi konkret bahwa orang-orang dengan kulit lebih lebih gelap secara tidak proporsional lebih sering dikenakan hukuman pidana” di daerah tertentu. (gtp/pkp) (AFP, epd, dpa)