Jepang Terselubung Polusi Udara Cina
13 Maret 2013Asap kotor berwarna kuning-coklat mulai menyelimuti Teluk Tokyo hari Minggu (10/3), menutupi jembatan Yokohama, dermaga dan distrik Minato Mirai penuh dengan toko, hotel serta kincir ria terbesar di Jepang dengan kabut debu. Banyak warga terlihat tersedak seraya menutupi mulut mereka dengan sapu tangan.
Akhir pekan lalu Badan Meteorologi Jepang telah memprediksi dampak badai pasir di wilayah utara Cina dan Mongolia terhadap wilayah Kanto di sekitar Tokyo.
Program berita menayangkan grafik penuh warga menunjukkan perkembangan awan asap saat melintasi Kyushu. Situs Kementerian Lingkungan Jepang hampir kelebihan beban melayani warga yang khawatir dan ingin tahu seberapa serius situasi di permukiman mereka.
Hari Sabtu (9/3), pemerintah kota Fukuoka mengumumkan bahwa jumlah rata-rata polutan beracun di udara berada di atas standar resmi nasional dalam dua hari berturut-turut. Standar ditetapkan pada level 35 mikrogram per meter kubik, tapi kini mencapai 42 mikrogram dan sejak 15 Februari lalu sudah tiga kali melebihi standar.
Jarak pandang berkurang
Polutan mengurangi jarak pandang di sejumlah bagian wilayah utara Kyushu hingga sependek 6 kilometer akhir pekan lalu dan mendorong pemerintah lokal mengeluarkan peringatan kepada warga untuk tinggal di rumah dan menggunakan masker saat keluar untuk menghindari penghirupan debu. Warga juga diimbau untuk tidak menjemur di luar ruangan serta menghindari berolahraga atau melakukan aktivitas outdoor lainnya.
Kota-kota di bagian selatan Jepang juga melaporkan kondisi serupa, dengan jarak pandang berkurang hingga 5 kilometer di Matsue, pesisir utara pulau Honshu, dan jarak pandang 8 kilometer di Osaka, Kyoto dan Nagoya.
Penerbangan terkena dampak berkurangnya jarak pandang, begitu juga dengan layanan kereta cepat dan lalu lintas kendaraan di jalan tol.
Badai pasir juga menyebabkan suhu tinggi di berbagai penjuru Jepang. Suhu di Tokyo mencapai 25,3 derajat Celcius - suhu tertinggi untuk bulan Maret sejak tahun 1876 menurut laporan media nasional NHK.
'Adidaya polusi'
Majalah berita Shukan Bunshun menyebut Cina sebagai 'adidaya polusi' dan menyalahkan 300 juta ton limbah non-industri yang dihasilkan Cina setiap tahun, dan hanya 157 juta ton yang diproses secara tepat.
Majalah mingguan Shukan Taishu menilai kualitas udara yang buruk sebagai penyebab kematian 300 ribu warga Cina setiap tahun dan 600 ribu lainnya masuk rumah sakit karena keluhan pernafasan.
Menteri Lingkungan Jepang dan Cina - serta rekan sejabat mereka dari Korea Selatan, yang juga terkena dampak buruk emisi industri Cina - dijadwalkan bertemu bulan Mei mendatang untuk mencari cara untuk mengurangi polusi udara.