Jepang Mulai Dekontaminasi Fukushima
7 Desember 2011Dalam dua minggu ke depan, 900 tentara Jepang ditugaskan di desa Namie, Naraha, Tomioka dan Iitate. Misi mereka adalah membersihkan gedung-gedung publik dari radiasi radioaktif. Pemerintah Jepang pimpinan Perdana Menteri Yoshihiko Noda merencanakan, awal tahun 2012 melakukan dekontaminasi skala besar di wilayah yang paling tercemar: Provinsi Fukushima, wilayah barat laut Tohuku dan di wilayah Tokio dan sekitarnya.
Gedung-gedung, yang hari Rabu (07/12) mulai dibersihkan, direncanakan akan dipergunakan sebagai basis bagi para pekerja dan logistik aksi dekontaminasi Januari 2012.
Tempat Pembuangan Sampah Beradiasi
Ke mana rongsokan dan sampah yang terkontaminasi akan dibuang, masih belum jelas. Menurut rencana, terlebih dahulu sampah berbahaya ini akan dikirim ke tempat yang disebut “tempat penyimpanan sementara“. Juga abu dari limbah tungku pembakaran, yang memiliki radiasi lebih dari 8.000 Becquerel per kilogram, harus disimpan sementara.
Pemerintah Jepang kembali mendesak pejabat lokal untuk membangun tempat penyimpanan sementara lainnya, sampai tempat penyimpanan akhir dibangun. Desakan pemerintah Jepang sejauh ini banyak mendapat penolakan, karena kekhawatiran tentang radiasi radioaktif dan belum jelasnya tempat pembuangan akhir.
Air Beradiasi Mengalir ke Laut
Hampir sembilan bulan setelah gempa bumi dan tsunami, yang menyebabakan bencana nuklir, situasi dii kompleks PLTN Fukushima masih belum terkendali. Dua hari lalu, air yang terkontaminasi radioaktif mengalir ke Pasifik. Menurut operator PLTN Fukusima, Tepco, air tersebut keluar akibat kebocoran sistem filter pada fasilitas pengolahan air terkontaminasi. Sebelum kebocoran tersebut berhasil disumbat, menurut Tepco, sekitar 300 liter air mengalir ke laut.
Air yang tercemar ini kemungkinan mengandung zat radioaktif cesium 137 dan yodium 131, atau bahkan strontium yang dapat menyebabkan kanker tulang. Bulan November lalu, Tepco melaprokan terjadinya peleburan nuklir baru di reaktor 2 PLTN Fukushima.
Radioaktif pada Makanan Bayi
Jejak radioaktif untuk pertama kalinya ditemukan dalam susu bubuk untuk bayi. Meiji, produsen susu ini, dengan segera menarik kembali 400.000 produk susu yang berkadulawarsa Oktober 2012 dari pasaran. Sejak bencana nuklir, 11 Maret 2011, kadar radioaktif dalam beberapa bahan makanan produksi Jepang dilaporkan meningkat, termasuk dalam beras, ikan, daging sapi, sayuran, susu dan daun teh.
Yuniman Farid/dpa/dap/afp Editor: Hendra Pasuhuk