Tidak Perlu Takut Internet
2 Juli 2014DW: Bagaimana Anda melihat peran jurnalisme di era digital?
Jeff Jarvis: Jurnalisme sangat penting. Dan makin penting lagi, karena sekarang ada makin banyak informasi. Para Jurnalis harus memikirkan kembali peran mereka. Dulu mereka adalah pembawa berita. Tapi sekarang, orang-orang bisa mendapat informasi langsung dari internet. Jadi jurnalis punya peran lebih jauh lagi. Mereka harus bisa melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Jurnalis harus bisa menggunakan semua kemungkinan baru dari dunia digital, dan menentukan lagi peran mereka.
Internet sekarang sudah menjadi sumber informasi, jadi jurnalis perlu peran baru?
Lebih dari itu. Sekarang para jurnalis bisa langsung berkomunikasi dengan publik lewat internet. Dulu, media lebih seperti jalan satu arah. Sekarang, kita harus belajar mendengar suara publik. Di tempat saya mengajar jurnalisme, kami memperkenalkan bentuk baru, yang kami namakan "Jurnalisme Sosial". Di sini para jurnalis belajar bagaimana mendengar dan menangkap suara-suara komunitas internet. Lalu mereka harus bisa melayani kebutuhan itu.
Di Jerman, tuntutan publik sangat tinggi terhadap perlindungan data pribadi. Di lain pihak, internet menuntut transparansi. Bagaimana tanggapan Anda?
Privasi sangat penting. Pada masa kini jauh lebih penting lagi. Tapi, privasi bukanlah segalanya. Kita sekarang punya kemungkinan untuk masuk ke ruang publik dan berbagi informasi. Internet adalah sarananya. Dengan berbagi, kita bisa belajar lebih banyak dari orang lain. Saya tahu, perlindungan data di Jerman adalah tema penting. Tapi ini bukan alasan untuk menolak teknologi. Jadi harus ada keseimbangan. Privasi harus dilindungi, tapi di lain pihak, kita juga harus belajar untuk berbagi dengan orang lain.
Anda punya Google Glasses?
Ya tentu saja. Di kantong saya.
Anda menggunakannya?
Tidak terllau sering. Karena agak rumit. Google sekarang sedang membuat Google Watch. Jam tangan ini juga punya beberapa fungsi Google Glass. Yang sekarang dipermasalahkan adalah kamera yang ada di Google Glass. Menurut saya, versi kamera yang baru harus punya lampu sinyal merah. Jadi semua orang tahu, kalau kamera sedang merekam sesuatu. Banyak orang mengira, Google Glass berbahaya karena bisa merekam suatu kegiatan dengan diam-diam. Tapi sebenarnya tidak. Kalau saya mau merekam sesuatu, saya harus menggerak-gerakan kepala dan mengatakan: "Google, mulai merekam". Jadi ini bukan kegiatan rahasia.
Ada buku roman yang menggambarkan, bagaimana teknologi bisa membunuh manusia, jika mesin-mesin makin mengontrol kehidupan kita. Apa skenario ini masih jauh dari kenyataan?
Teknologi baru selalu membangkitkan kekhawatiran dan keresahan. Di Amerika Serikat, pertama kali muncul diskusi tentang privasi ketika kamera Kodak ditemukan. Itu tahun 1890. Waktu itu orang-orang takut, bahwa foto mereka bisa muncul di mana-mana. Sekarang, teknologi kamera makin berkembang dan orang-orang menyesuaikan diri. Hampir setiap orang sekarang membuat Selfie. Mereka menyenanginya. Jadi kita sudah menyesuaikan diri. Itu juga yang terjadi dengan internet. Jadi, hal yang terburuk yang dapat kita lakukan adalah, membatasi kemungkinan teknologi internet, hanya karena kita takut dengan kemungkinan-kemungkinan baru. Inovasi itu sering terjadi diluar dugaan.
Banyak politisi yang khawatir dengan perkembangan internet. Bagaimana meyakinkan mereka?
Kita harus meyakinkan politisi, agar mereka tidak membatasi internet. Banyak politisi dan perusahaan yang khawatir dengan kekuatan internet. Itu mengganggu mereka. Jadi selalu ada pemerintahan yang berusaha mengawasi internet. Tapi rakyat harus menghindari itu dan menggunakan berbagai kemungkinan baru yang ditawarkan oleh teknologi baru.
Jeff Jarvis adalah jurnalis terkenal yang mengajar jurnalisme di City University, New York. Ia juga pemilik blog buzzmachine.com tentang media, teknologi dan tema-tema sosial. Ia juga penulis buku What Would Google Do?