Israel Siapkan Serangan Darat, Warga Gaza: Seperti 'Nakba'
11 Oktober 2023Israel bersiap untuk mengintensifkan serangan darat terhadap kelompok militan Hamas. Sebelumnya, militer Israel mengeklaim puluhan jet tempurnya menyerang lebih dari 200 target milik Hamas di Gaza pada Selasa (10/10) malam waktu setempat.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sedikitnya 900 orang tewas dan 4.600 lainnya luka-luka di wilayah pesisir yang padat penduduk tersebut.
Para korban sebagian besar adalah warga sipil. Sejumlah warga Israel dan orang lain dari luar negeri ditangkap dan dibawa ke Gaza sebagai sandera.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara kepada tentara di dekat pagar Gaza, mengatakan: "Hamas menginginkan perubahan dan mereka akan mewujudkannya. Apa yang dulu ada di Gaza tidak akan ada lagi."
"Kami memulai serangan dari udara, nanti kami juga akan datang dari darat. Kami sudah menguasai daerah itu sejak hari kedua dan kami melakukan serangan. Ini hanya akan semakin intensif.”
Di perbatasan utara Israel, serangkaian roket ditembakkan dari Lebanon selatan sehingga memicu serangan balasan dari Israel, kata tiga orang dari pihak keamanan yang tidak ingin diketahui identitasnya.
Biden: Tindakan Hamas sangat jahat
Di Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut serangan Hamas sebagai "tindakan yang sangat jahat" dan memastikan akan memberikan bantuan militer tambahan kepada Israel, termasuk amunisi dan pencegat untuk melengkapi sistem pertahanan udara Iron Dome.
"Izinkan saya mengatakan sekali lagi kepada negara mana pun, organisasi mana pun, siapa pun yang berpikir untuk mengambil keuntungan dari situasi ini, saya punya satu kata: jangan,” tegas Biden, merujuk pada Iran dan proksinya di kawasan.
Biden juga mengirim Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Israel, yang akan menyampaikan "pesan solidaritas dan dukungan”, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.
Tidak ada tempat yang aman
PBB mengatakan lebih dari 180.000 warga Gaza kehilangan tempat tinggal, banyak di antaranya berkerumun di jalan atau di sekolah.
Di kamar mayat rumah sakit Khan Younis di Gaza, beberapa jasad tergeletak begitu saja. Petugas medis meminta para kerabat untuk segera mengambil jenazah karena keterbatasan ruang.
"Tidak ada tempat yang aman di Gaza, seperti yang Anda lihat, serangan terjadi di mana-mana,” kata Ala Abu Tair, yang mencari perlindungan bersama keluarganya setelah melarikan diri dari Abassan Al-Kabira di dekat perbatasan.
Dua anggota dari kantor politik Hamas, Jawad Abu Shammala dan Zakaria Abu Maamar, tewas dalam serangan udara di Khan Younis, kata seorang pejabat Hamas.
Mereka adalah anggota senior Hamas pertama yang terbunuh sejak Israel mulai menggempur daerah tersebut.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan serangan Israel sejak Sabtu (07/10) telah menghancurkan lebih dari 22.600 unit rumah dan 10 fasilitas kesehatan serta merusak 48 sekolah.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk, yang mengecam serangan Hamas, mengatakan: "Hukum humaniter internasional jelas: kewajiban untuk terus berhati-hati untuk menyelamatkan penduduk sipil dan objek sipil tetap berlaku selama serangan terjadi."
Kekerasan juga berkobar di Tepi Barat yang diduduki dan di Yerusalem Timur, di mana polisi Israel mengatakan mereka membunuh dua warga Palestina yang menembakkan kembang api ke arah petugas pada Selasa (10/10) malam.
Warga Palestina merasa seperti 'Nakba' baru
Warga Palestina yang tinggal di Gaza mengatakan pengeboman Israel begitu hebat sehingga mereka merasa menjalani "Nakba”, kata dalam bahasa Arab untuk bencana yang mengacu pada perang pada 1948 pasca-deklarasi negara Yahudi yang dimaknai oleh Palestina sebagai perampasan massal wilayah Palestina oleh Israel.
"Situasinya gila, benar-benar tidak ada tempat yang aman. Saya secara pribadi telah mengungsi tiga kali sejak kemarin,” kata Plestia Alaqad, warga Gaza berusia 22 tahun, yang telah merekam kehidupan pribadinya di bawah pengeboman dan mempostingnya di halaman Instagram-nya.
"Baru kemarin saya mengerti apa yang kakek saya, semoga beliau beristirahat dalam damai, menceritakan kepada saya tentang 1948 dan Nakba. Ketika saya biasa mendengar cerita tentang itu, saya tidak mengerti,” katanya melalui panggilan video dari sebuah rumah di Gaza, di mana dia dan yang lainnya mencari perlindungan dari pengeboman setelah serangan mendadak Hamas terhadap Israel.
Lebih dari tujuh dekade setelah Nakba, warga Palestina masih menyesali bencana yang mengakibatkan mereka harus mengungsi dan menghalangi impian mereka untuk bernegara.
Dalam perang terkait berdirinya Israel, sekitar 700.000 warga Palestina, setengah dari populasi Arab di wilayah Palestina yang dikuasai Inggris, melarikan diri atau diusir dari rumah mereka, dan ditolak untuk kembali. Banyak dari mereka yang berakhir di Yordania, Lebanon, Suriah, serta di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Israel telah memperketat blokadenya terhadap Gaza, sepenuhnya melarang impor makanan dan bahan bakar serta memotong pasokan listrik. Menhan Israel Yoav Gallant memperingatkan bahwa dampak yang harus dibayar oleh Gaza "akan mengubah kenyataan dari generasi ke generasi”.
ha/pkp/rs (Reuters)