Israel Lanjutkan Serangan, Hamas Tolak Pengamat Asing
8 Januari 2009Sebagai isyarat kemanusiaan, Israel kembali akan menghentikan serangannya terhadap Jalur Gaza, Kamis ini (08/01) selama tiga jam. Juru bicara militer Israel Peter Lerner kepada kantor berita AFP menyatakan, hal tersebut dilakukan untuk memungkinkan warga Palestina menambah persediaan bahan makanan pokok dan organisasi bantuan internasional melakukan tugas kemanusiaannya.
Penghentian sementara serangan Israel terhadap Jalur Gaza dilakukan pukul 13 hingga 16 waktu setempat atau sekitar pukul 18 hingga 21 WIB. Lerner menambahkan, militer Israel akan melanjutkan serangannya di waktu tersebut jika ada serangan dari pihak Hamas.
Di Tel Aviv Rabu kemarin (07/01), Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dan pejabat urusan luar negeri Uni Eropa Javier Solana bertemu membicarakan upaya gencatan senjata di Jalur Gaza. Solana menyambut keputusan Israel untuk secara sementara menghentikan serangan ke Gaza selama tiga jam.
Diungkapkannya, "Saya lihat, keputusan yang dikeluarkan pemerintah Israel dalam beberapa jam lalu sangat penting. Namun lebih penting lagi adalah gencatan senjata dan dua hal lagi yang harus disepakati, penghentian tembakan roket dan menjamin Hamas tidak mendapatkan tambahan senjata. Tapi saya tegaskan, hentikan kekerasan agar situasi kembali normal dan politik mendapat kesempatan.“
Serangan Israel di Gaza Berlanjut
Sementara itu, Israel menekankan akan terus melanjutkan serangan darat dan udara terhadap Jalur Gaza. Dalam beberapa jam terakhir, pertempuran di Jalur Gaza semakin hebat. Pesawat tempur Israel menggempur sejumlah sasaran di kawasan utara pesisir.
Dari kota terbesar kedua di pesisir Laut Tengah Khan Yunis dilaporkan, terjadi pertempuran antara Hamas dan pasukan Israel. Puluhan panser Israel berikutnya memasuki Jalur Gaza dan pesawat tempur Israel mengintensifkan gempurannya terhadap wilayah dekat Rafah yang diduga terdapat ratusan terowongan penyelundupan barang dari Mesir.
Roket dari Libanon Melayang ke Israel
Kamis (08/01), tiga roket buatan Rusia Katushya ditembakkan dari Libanon selatan ke arah Israel utara. Sebuah roket mengenai wilayah kediaman di Nahariya, utara kota Haifa, Israel. Setidaknya dua orang luka ringan dan sejumlah lainnya menderita syok, demikian diungkapkan pejabat Israel.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab dalam serangan tersebut. Media Israel mengutip sumber militer anonim yang mengatakan bahwa dicurigai kelompok militan Palestina yang bertanggung jawab di balik aksi tersebut. Meski, kedua faksi Palestina di Libanon, Hamas dan Fatah, menyangkal tudingan tersebut. Pemerintah Libanon menyatakan segera mengusut dalang penembakan roket Katushya tersebut.
Israel Tolak Buka Blokade, Hamas Tolak Hadirnya Pengamat Asing di Gaza
Sementara itu, upaya diplomasi internasional demi tercapainya gencatan senjata di Jalur Gaza berlanjut. Israel menyambut usulan tema gencatan senjata dalam perundingan di Mesir, Kamis ini (08/01). Perdana Menteri Ehud Olmert mengirimkan dua wakilnya ke Kairo untuk mendengarkan tema gencatan senjata yang diusulkan Mesir dan Prancis.
Di Kairo, pemerintah Israel terutama ingin menegaskan bagaimana mencegah Hamas mendapatkan tambahan senjata. Presiden Mesir Husni Mubarak juga telah mengundang Perdana Menteri Israel Olmert ke Kairo. Bagi para juru runding saat ini, terdapat ganjalan mengenai beberapa topik. Israel tidak siap untuk membicarakan dibukanya blokade di Jalur Gaza, demikian dilaporkan harian Israel, Ha'aretz.
Seorang diplomat Mesir menyebutkan, delegasi Hamas tiba di Kairo, membicarakan masalah teknik dengan Mesir. Hamas menolak hadir sebagai wakil pemerintah otonomi Palestina dalam pertemuan internasional di Kairo. Dalam perundingan dengan Mesir, Hamas menolak usulan Mesir mengenai misi pengamat internasional di Jalur Gaza. Dinyatakan Hamas, usulan Mesir tersebut justru dapat memicu pertempuran lebih hebat lagi di daerah utara Jalur Gaza.
Pembicaraan masalah teknik Hamas dan Mesir tersebut dilakukan paralel dengan pertemuan antara Israel, kelompok Fatah yang diwakili Presiden Mahmud Abbas, Mesir dan Prancis serta wakil negara lainnya.(afp/dpa/ap/ls)