Israel dan Hamas Bantah Gencatan Senjata
13 Maret 2008Jalur Gaza yang bebebrapa hari ini tenang, kini kembali goncang. Api dalam sekam itu kembali membara ketika lima militan, anggota kelompok Jihad Islam dan Brigade Al-Aqsa tewas dalam dua aksi terpisah militer Israel. Namun penembakan mereka bukan semata pembuktian tak berlakunya gencatan senjata yang diberitakan.
Dari kantor perdana menteri Israel ada bantahan tentang adanya negosiasi dengan Hamas mengenai gencatan senjata, baik itu melalui perundingan tatap mata maupun secara tidak langsung. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak juga menepis laporan surat kabar Israel “Ha’aretz” mengenai upaya pemerintah Mesir untuk menengahi kedua pihak yang berkonflik.
“Saat ini tidak ada kesepakatan apa-apa. Dan saya kira, bukan tema kesepakatan yang kami hadapi, melainkan peperangan. Namun bila anak-anak di kota Ashkelon bisa pergi ke sekolah tanpa harus menghindari roket yang meluncur atau Sderot tidak menghadapi serangan roket, maka kita tidak perlu mengeluh. Namun pastinya, bila perlu, maka kami akan langsung aktif menyerang lagi”, tegas Ehud Barak.
Tapi hingga hari Rabu (12/03), sebelum pembunuhan lima anggota kelompok militan itu, situasi lapangan menunjukan fakta yang berbeda dengan pernyatan Ehud Barak. Kecuali satu roket yang diluncurkan dari jalur Gaza ke kota Ashkelon, tak ada serangan lain selama lima hari terakhir. Itupun, Organisasi Pembebasan Palestina PLO mengaku bertanggung jawab atas serangan yang disebutnya menggangu gencatan senjata.
Namun juru bicara pemerintah Israel tak mengindahkan keterangan PLO dan menuding kelompok Hamas yang bertanggung jawab. Meski begitu, karena roket itu tidak menyebabkan kerusakan, maka pemerintah Israel tidak menyerang balik. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak membatasi diri dengan serangan retorik.
“Pertempuran ini masih berlanjut, meski tidak dengan intensitas yang sama, karena tergantung pada banyak hal. Tapi kami akan menyerang lagi, pada saat dan tempat yang tepat.”
Bersamaan dengan pernyataan Ehud Barak yang provokatif ini, surat kabar Ha’aretz memberitakan adanya kesepakatan yang antara Israel dan Hamas. Ha’aretz menulis, bahwa Mesir tidak hanya menengahi perundingan untuk gencatan senjata. Disebutkan, butir negosiasi lainnya termasuk pembukaan perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, khususnya untuk pengiriman bahan pangan. Perbatasan ini dan juga perbatasan dengan Mesir di Rafah akan dijaga bersama oleh Pasukan Garda Presiden wilayah Otonomi Palestina dan pasukan kelompok Hamas.
Di Israel sendiri, suara-suara yang menuntut agar pemerintahan Israel bekerjasama dengan Palestina tambah banyak. Melalui radio Israel, mantan Menteri Pertahanan Amir Peretz dari Partai Buruh menuntut Israel membebaskan Marwan Barghouti, tokoh terkemuka Palestina yang sudah enam tahun ditahan di penjara Israel.
Barghouti yang dulunya berulang kali melakukan serangan teror terhadap Israel, kini dianggap sebagai politisi moderat. Selain itu, menjadi salah satu kunci dalam mendorong keberhasilan perundingan damai antara Irael dan Palestina. Demikian menurut Amir Peretz.
Namun dengan penembakan terakhir ini, apakah tuntutan Peretz akan dipertimbangkan. Hal itu masih belum diketahui, karena banyak juga yang menuntut Palestina membebaskan dahulu serdadu Israel Gilad Shalit, yang diculik tahun 2007.(ek)